Gunakan Sistem Penilaian Baru, SBMPTN 2018 Bidik Mahasiswa Berkualitas
Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.
Penulis: Imam Saputro | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sistem penilaian di Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 berbeda dengan sistem yang digunakan tahun lalu.
Tahun ini sistem penilaian berdasarkan teori respons butir sehingga peserta yang terjaring dan diterima perguruan tinggi negeri (PTN) lebih berkualitas.
"Kami melihat pada soal mana yang lebih banyak dikerjakan perserta besok, jika banyak maka itu dikategorikan soal mudah dan jika sedikit masuk ketegori sulit," kata Ketua Panitia Pusat Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (7/5/2018).
Ravik menjelaskan, pada tahap I, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan memberi skor 1 (satu) pada setiap jawaban yang benar, dan skor 0 (nol) untuk setiap jawaban yang salah atau tidak dijawab/kosong.
Baca: Besok SBMPTN 2018 Dilaksanakan, Perhatian Hal-hal Berikut
Kemudian di tahap II, dengan menggunakan pendekatan Teori Response Butir (Item Response Theory) maka setiap soal akan dianalisis karakteristiknya.
Di antaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola response jawaban seluruh peserta tes tahun 2018.
Dengan menggunakan model matematika, maka akan dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang, maupun sulit.
Karakteristik soal yang diperoleh pada Tahap II, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta.
Baca: Tersangka Pembunuh Anggota Bonek Jalani Sidang Pertama di PN Solo
Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal yang lebih mudah.
Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.
"Misalnya ada dua peserta sama-sama mengerjakan 10, si A yang 10 ini soal yang susah, sedangkan si B soal yang mudah, maka penilaiannya si A lebih tinggi," ujar Ravik yang juga Rektor UNS Solo ini.
Sistem ini, kata Ravik, menghindari adanya peserta yang menjawab soal secara asal.