Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Indonesia Bebas EU Flight Ban, Asita Jawa Tengah : Saatnya Dongkrak Sektor Pariwisata

Adanya pencabutan larangan penerbangan ke Uni Eropa (EU Flight Ban) dianggap menjadi penunjang wisata daerah

TRIBUNSOLO.COM/GARUDEA PRABAWATI
Ketua Asita Soloraya periode 2013 - 2017, Daryono. 

Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Garudea Prabawati

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Adanya pencabutan larangan penerbangan ke Uni Eropa (EU Flight Ban) dianggap menjadi penunjang wisata daerah.

Wakil Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Jawa Tengah, Daryono berujar dalam hal ini berarti memudahkan akasesbilitas wisatawan.

"Selama ini setelah Asia seperti Cina, Malaysia, dan lainnya, wisatawan asing yang banyak mendatangi Indonesia yakni Jerman," terangnya kepada Tribunsolo.com, Senin (25/6/2018).

Bahkan Perancis menyebutkan, Indonesia masuk dalam urutan ke-5 kategori destinasi wisata terbaik dunia.

Baca: Satpol PP Kota Solo Preteli APK Jelang Pilgub 2018

Sehingga dapat dikatakan, pasar Eropa merupakan pasar wisatawan yang potensial.

Dan sangat masuk dengan potensi wisata yang ada di Jawa Tengah, diantaranya candi Borobudur, Keraton, Dieng, Kota Tua, Karimun Jawa dan lainnya.

Dianggapnya cukup potensial umtuk membidik pasar Eropa.

Termasuk juga wisata yang dimiliki Soloraya, sangat potensial mendatangan wisatawan (inbond) dari Eropa.

Baca: Kodim Wonogiri Gandeng Anggota Pramuka Gelar Karya Bakti Peduli Lingkungan

"Salah satunya saat ini Soloraya punya Rumah Atsiri, destinasi wisata baru berkonsep alam dan observasi," ujarnya.

Walaupun memang per tahun masyarakat wisatawan Eropa yang datang ke Solo Baru sebanyak 300 ribu.

Namun walaupun sedikit, pendapatan per kapita masyarakatnya lebih besar dibanding Asia.

Terlebih, karakter destinasi wisata yang cukup banyak mereka gandrungi selama ini adalah budaya.

Baca: Cosplay Party Meriahkan Akhir Libur Lebaran di Hartono Mall Solo Baru

Daryono juga menyebutkan bahkan wisatawan Eropa itu karakter long of stay-nya juga lebih panjang.

"Karena memang bagi mereka, selama dua minggu tinggal di Indonesia setidaknya selain wisata, cukup untuk eksplorasi wisata budaya," tutupnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved