Bukan Sekadar Upacara, Ini Makna Garebek Keraton Kasunanan Surakarta
“Di gunungan selalu ada tiga hal yang tidak boleh tertinggal, yang pertama ada pala kependem, pala kesimpar, dan pala gumantung,” kata Dipo.
Penulis: Imam Saputro | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Keraton Kasunanan Surakarta lazimnya mengadakan tiga kali garebek atau grebeg dalam peringatan hari besar Islam.
Yakni saat perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad, Hari Raya Idulfitri, dan Hari Raya Iduladha.
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo, menjelaskan kepada TribunSolo.com bahwa garebek tersebut mempunyai beberapa makna, bukan hanya sekadar ritual saja.
“Yang pertama ini memang bagaimana cara raja, kerabat, dan rakyat memperingati hari besar Islam,” kata Dipo di sela-sela garebek besar, Rabu (22/8/2018).
• Jagal Sapi Kurban Jokowi di Solo Ini Punya Kisah Menarik soal Kepribadian Presiden, Ini Kesaksiannya
Menurutnya, garebek juga mempunyai makna pelestarian terhadap ajaran Islam.
“Ini juga merupakan ajaran dari Sunan Kalijaga yang dahulu mengajarkan Islam melalui budaya Jawa, tanpa kekerasan dan tanpa paksaan,” papar dia.
Kemudian adanya dua gunungan yang mewakili jenis kelamin manusia yakni gunungan perempuan dan lelaki mempunyai arti seimbangnya alam semestam juga mengingatkan pada asal usul manusia.
Gunungan Jaler, jelasnya, digambarkan dengan sayuran dan bahan pangan mentah, sebagai perlambang suami yang harus mencari makanan.
• Gubernur DIY Sri Sultan HB X Kurban Satu Ekor Sapi di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta
Sedangkan Gunungan Estri, lanjutnya, digambarkan dengan makanan matang seperti rengginang, yang jadi perlambang perempuan harus bisa mengolah, apapun hasil kerja suaminya.
"Jadi itu perlambang keseharian manusia, suami dan istri yang harus selalu bekerja sama," ungkapnya.
Isi gunungan juga memiliki makna khusus.
“Di gunungan selalu ada tiga hal yang tidak boleh tertinggal, yang pertama ada pala kependem, pala kesimpar, dan pala gumantung,” kata Dipo.
• Idul Adha 2018, Tempat Penggilingan Daging di Solo Ini Naikkan Ongkos
Ketiga hasil bumi itu melambangkan kehidupan manusia.
Pala kependem atau hasil bumi yang terpendam di tanah seperti ubi jalar, dan ketela melambangkan masa lalu.
