Pengusaha Sebut Ada Potensi Pasar Ekspor Batik Baru di Tengah Pelemahan Nilai Tukar Rupiah
Namun ada juga dampak positif, yakni dengan melemahnya nilai tukar Rupiah, maka potensi ekspor batik akan semakin meningkat.
Penulis: Garudea Prabawati | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Garudea Prabawati
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami pelemahan pada perdagangan hari ini.
Pada hari ini, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS berada di kisaran Rp 14.874 per USD.
Adanya hal tersebut, berdampak terhadap banyak sektor, terutama sektor usaha kerajinan batik.
"Adanya hal tersebut memang berdampak pada usaha kerajinan batik, terutama meningkatnya bahan baku impor," kata Alpha Febela Priyatmono, selaku Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kepada TribunSolo.com, Rabu (19/9/2018).
• Zodiak 19 September 2018, Kejutan Menanti Aries
Namun ada juga dampak positif, yakni dengan melemahnya nilai tukar Rupiah, maka potensi ekspor batik akan semakin meningkat.
Pelemahan Rupiah justru akan membuat ekspor Indonesia lebih kompetitif dan membuat eksportir justru bisa menghemat biaya ekspornya.
"Sehingga saat menjual atau mengekspor ke negara-negara luar , tarif yang digunakan adalah Dolar, sehingga keuntungan yang didapatnya akan jauh lebih besar saat Rupiah mengalami pelemahan," ujarnya.
Selain itu juga, banyak bermunculan potensi pasar - pasar baru, yang sebelumnya belum terjamah.
• Seleksi CPNS 2018 Pemkot Solo, Seniman Wayang Orang Sriwedari Urung Dapat Jatah Formasi
Sehingga penetrasi pasar semakin luas, di mana sebelumnya pasar-pasar ekspor antara lain Kamboja, Amerika, serta Eropa yang banyak disasar para eksportir batik.
Sementara Widhi pengurus Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, juga pelaku usaha Batik Lor Ing Pasar juga menambahkan walaupun memang membuka pasar ekspor baru namun masih ada kendala di dalamnya.
"Pelaku usaha batik kita terutama untuk sektor UMKM belum siap di produksinya untuk memenuhi demand yang ada," katanya.
Dari segi kualitas sudah bisa bersaing, namun memang dari segi pemenuhan kuantitas masih kurang.
• Pernikahan Vicky dan Angel Lelga Dikabarkan Retak, Mbah Mijan Sebut Perkataannya hanya Kebetulan
Widhi juga menambahkan, adanya kondisi merosotnya nilai tukar rupiah memang berdampak pada naiknya bahan baku, walaupun memang dampaknya tidak terlalu signifikan.
Namun tidak bagi pelaku usaha yang memiliki management yang baik, terutama yang sudah melakukan stockis bahan baku jauh sebelum rupiah anjlok.
"Sehingga untuk bertahan dalam kondisi ini pelaku usaha perlu survive dalam hal managemen, terutama benar-benar memanfaatkan untuk kondisi tersebut untuk menggenjot ekspor," tutupnya. (*)