Klarifikasi BMKG terkait Potensi Gempa di Surabaya dan Madura

Namun, dia mengatakan bahwa potensi gempa tidak hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura tapi di sebagian besar wilayah Indonesia.

Editor: Fachri Sakti Nugroho
KOMPAS.COM/Ira Rachmawati
Dwikorita Karnawati, kepala BMKG pusat saat berkunjung ke Banyuwangi Jumat Malam (11/5/2018) 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pasca terjadinya beberapa gempa di Indonesia beberapa waktu yang lalu, banyak masyarakat yang mulai resah terkait fenomena alam ini.

Terlebih, beberapa pihak tak bertanggung jawab membuat dan menyebarkan hoaks tentang potensi gempa di Indonesia. Salah satu yang terbaru adalah kabar mengenai potensi gempa di Surabaya - Madura.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (21/10/2018), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati tidak menyangkal hal itu.

Namun, dia mengatakan bahwa potensi gempa tidak hanya ada di wilayah Surabaya dan Madura tapi di sebagian besar wilayah Indonesia.

BNPB Catat 2.113 Orang Meninggal, 1.309 Lainnya Hilang Akibat Gempa dan Tsunami di Sulteng

Menurut Dwikorita, hal ini karena Indonesia berada dalam lingkaran Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) yang terbentuk oleh gerak lempeng tektonik aktif.

"Cincin Api Pasifik adalah zona berbentuk tapal kuda dan menjadi zona sabuk gempa paling aktif di dunia. Bukan hanya Indonesia, negara lain seperti Jepang, Taiwan, dan Selandia Baru juga masuk dalam cincin api pasifik tersebut," kata Dwikorita di Kantor BMKG Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Untuk itu, Dwikorita mengimbau masyarakat bersama pemerintah dan stakeholder lain lebih proaktif mempersiapkan upaya mitigasi bencana dibanding meributkan ramalan dan prediksi gempa.

"Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan terpengaruh oleh isu-isu yang dihembuskan oleh pihak yang ingin membuat kegaduhan dan kecemasan," ujarnya.

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada itu menegaskan ada banyak mitigasi bencana yang bisa dilakukan.

Pertama, edukasi masyarakat tentang perlindungan dan keselamatan sebelum, saat, dan setelah gempa bumi. Kedua, membangun bangunan dan infrastruktur yang sesuai "building code".

Murid SMP Islam Al Abidin Solo Galang Dana Rp 19 Juta untuk Korban Gempa dan Tsunami

Ketiga, menetapkan tata ruang wilayah berbasis peta rawan bencana. Keempat menyiapkan jalur evakuasi.

Terakhir, membangun shelter untuk evakuasi vertikal dari ancaman tsunami di daerah pantai.

Selain itu, Dwikorta juga menegaskan bahwa saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi datangnya gempa bumi.

"Hingga saat ini belum ada satupun negara dan tekhnologi yang mampu meramalkan dan memprediksi gempa bumi," ucap Dwikorita.

Terkait potensi gempa di wilayah Surabaya dan Madura, Deputi Bidang Geofisika BMKG Muhammad Sadly menjelaskan tentang peta sumber dan bahaya gempa bumi di Indonesia 2017.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved