Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pilpres 2019

Pengamat: Isu Larangan Salat Jumat di Masjid Diduga Sebagai Strategi "Playing Victim"

Masyarakat diminta berhati-hati menerima dan mencerna informasi, jelang pelaksanaan pemilu. Pasalnya banyak informasi yang tereduksi.

Editor: Fachri Sakti Nugroho
ISTIMEWA
Karyono Wibowo 

TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Masyarakat diminta berhati-hati menerima dan mencerna informasi, jelang pelaksanaan pemilu. Pasalnya banyak informasi yang tereduksi di tengah kontestasi politik pemilu. Hal ini diungkapkan oleh Direktur eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo.

Ia menduga pihak yang bersaing dalam pemilu tak jarang sengaja melakukan reduksi kalimat untuk memengaruhi masyarakat. Karyono kemudian mencontohkan, polemik tentang pernyataan Ketua Masjid Agung Semarang KH. Hanief Ismail.

Yang direduksi oleh pihak tertentu menjadi seolah-olah Ketua Takmir Masjid tersebut melarang capres 02 Prabowo Subianto melaksanakan salat Jumat di Masjid Agung Semarang.

Prabowo Salat Jumat di Masjid Agung Kauman Semarang, Masuk Masjid Lewat Pintu Samping

"Padahal dalam pernyataan resmi KH. Hanief Ismail dalam rekaman video yang dimuat Tribun Jateng tidak bermaksud melarang Prabowo jumatan di masjid tersebut. KH. Hanief mempersilahkan siapa saja umat Islam boleh sholat di masjid yang sering juga disebut Masjid Kauman Semarang itu," kata Karyono, Jumat (15/2/2019).

"Pernyataan itu disampaikan kepada pengurus Partai Gerindra Jawa Tengah yang menemuinya. Namun demikian tiba-tiba ada yang memberikan informasi bahwa ada selebaran undangan untuk sholat jumat bersama Prabowo di masjid tersebut," lanjutnya.

Menrutnya, wajar jika KH. Hanief Ismail khawatir ada politisasi masjid dan salat jumat untuk kepentingan pencitraan. Karena sadar, masjid sebagai tempat ibadah tidak boleh digunakan untuk kampanye maka takmir masjid tersebut menyatakan keberatan kuatir sholat jumat digunakan untuk kepentingan kampanye.

Bersama Sudirman Said dan Ferry Mursyidan Baldan, Prabowo Salat Jumat di Masjid Kauman Semarang

"Frasa "keberataan" kemudian direduksi menjadi "melarang". Pereduksian frasa tersebut tentu saja merubah makna aslinya menjadi sebuah narasi yang dihembuskan ke publik hahwa Prabowo dilarang sholat Jumat di Masjid Agung Semarang," kata dia.

Strategi mereduksi kalimat, Karyono menegaskan, tentu ada maksud untuk membentuk opini publik. Bisa untuk menciptakan seolah-olah menjadi korban atau yang populer dengan istilah "playing victim".

"Tujuannya untuk membangkitkan emosi masyarakat agar berempati dan bersimpati kepada pihak yang membuat skenario tersebut, katanya lagi. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Pengamat: Isu Larangan Salat Jumat di Masjid Diduga Strategi "Playing Victim"
Editor: Rachmat Hidayat

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved