Keluh Warga Ahmadiyah yang Diusir dari Desanya: Bayangkan Perasan Mas Jika Dipisahkan Secara Paksa?

Jemaah Ahmadiyah yang tinggal di LLK sebanyak 8 kepala keluarga dengan total 24 orang yang terdiri dari 10 anak-anak, tiga lansia, dan 11 orang dewasa

Editor: Fachri Sakti Nugroho
(Kompas.com/fitri)
Lombok Timur, kompas.com warga Ahmadiyah yang masih mengungsi di Lombok timur. 

TRIBUNSOLO.COM, LOMBOK TIMUR - Jemaah Ahmadiyah yang tinggal di Dusun Grepek, Desa Greneng, Kecamatan Sakra Timur, Lombok Timur harus kembali merasakan lebaran di tempat pengungsian yang berada di Lokal Latihan Kerja (LLK) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Selong, Lombok Timur.

Sebelumnya pada 19 Mei 2018 lalu, jemaah Ahmadiyah mendapatkan serangan dan pengusiran oleh warga desa setempat yang mengakibatkan rumah mereka rusak dan mereka terpaksa tinggal di LLK.

Jemaah Ahmadiyah yang tinggal di LLK sebanyak delapan kepala keluarga dengan total 24 orang yang terdiri dari 10 anak-anak, tiga lansia, dan 11 orang dewasa.

Pasutri Tewas Bersama di Kamar Kos Surabaya, Misteri Mulai Terkuak, Polisi Temukan Batu dan Buku

Sudah satu tahun sudah mereka tinggal di LLK dengan kondisi terbatas. Setiap KK menepati satu ruangan yang berukuran sekitar 3 x 3 meter persegi, dengan dipadati perabot rumah tangga miliknya.

Mereka menggunakan dua dapur bersama-sama untuk memasak.

Edi Sucipto (37), salah satu jemaah Ahmadiah menceritakan bahwa dirinya sangat merindukan lebaran di kampung halamanya dan kumpul bersama keluarga dekatnya.

“Coba banyangkan perasan mas jika dipisahkan secara dipaksa. Tidak bisa berkumpul sama orang tua saat lebaran, pasti sedih. Begitupun kami. Kami udah dua kali tidak bisa berkumpul sama orang tua dan orang terdekat kami," kata Edi sambil berlinangan air mata saat bercerita kepada Kompas.com, Jumat (7/6/2019).

Ia menyebutkan suasana puasa dan lebaran di kampung halaman dengan di pengungsian sangat jauh berbeda. Jika di kampung, ia sangat mudah memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani.

“Kalau di desa, kami tidak terlalu kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari karena kami masih bisa bekerja di sawah. Kalau kebutuhan puasa kita bisa dapatkan dari hasil bertani, " kata Edi.

26 Satwa Baru Siap Ramaikan Taman Satwa Taru Jurug Solo, Apa Saja?

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama di pengungsian, para jemaah Ahmadiyah harus mencari pekerjaan baru seperti berdagang dan menjadi tukang.

“Kalau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya sendiri bekerja sebagai tukang bangunan rumah. Ada juga yang berjualan di pasar," jelas Edi.

Ia mengakui pernah mendapat bantuan oleh pemerintah, namun hanya sementara.

"Memang pernah diberikan bantuan sama pemerintah namun itu hanya tiga bulan. Selepas itu tidak ada lagi," unkapnya.

Sementara itu Marini, salah seorang warga Ahmadiyah menuturkan merasakan suasana puasa dan lebaran di tempat pengungsian yang berbeda.

Saat di kampungnya, ia masih sering membuat kolak dari hasil pertaniannya. Namun sekarang untuk menikmati kolak, dia harus membelinya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved