Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Muadzin di Sukoharjo Wafat saat Adzan

Sosok Setu Rusdyanto, Muadzin yang Wafat saat Adzan di Sukoharjo: Rutin Kumandangkan Adzan Dini Hari

Ketua Tamir Masjid Mujahidin, Rusdi Sholeh (63), menyebut Setu adalah pribadi yang sangat peduli dengan kegiatan masjid.

Tribun Solo / Istimewa
MUADZIN MENINGGAL SAAT ADZAN. Kolase ilustrasi pria sedang adzan (kiri) dengan rekaman CCTV lokasi meninggalnya muadzin. Kepergian Setu Rusdyanto (69), muadzin Masjid Mujahidin Manang, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, meninggalkan duka mendalam bagi tamir masjid. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Kepergian Setu Rusdyanto (69), muadzin Masjid Mujahidin Manang, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, meninggalkan duka mendalam bagi takmir masjid.

Pasalnya, Ia dikenal sebagai sosok yang istiqomah dalam beribadah dan spesialis adzan malam.

Baca juga: Detik-detik Muadzin Masjid Manang Sukoharjo, Wafat saat Mengumandangkan Adzan Malam, Terekam Kamera 

Setu wafat saat mengumandangkan adzan dini hari pada Selasa (17/6/2025) sekitar pukul 02.56 WIB.

Ketua Tamir Masjid Mujahidin, Rusdi Sholeh (63), menyebut Setu adalah pribadi yang sangat peduli dengan kegiatan masjid. 

Selama bertahun-tahun, Setu menjadi satu-satunya yang secara rutin datang ke masjid setiap dini hari untuk mengumandangkan adzan malam.

"Pak Setu itu dikenal sangat rajin ibadah. Beliau selalu hadir salat lima waktu di masjid, dan khususnya adzan malam, hampir tidak pernah absen. Istiqomahnya luar biasa," kata Rusdi saat ditemui TribunSolo.com, Rabu (18/6/2025).

MUADZIN MENINGGAL SAAT ADZAN. Kolase Masjid Mujahidin Manang, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo (kiri) dan rekaman CCTV (kanan) muadzin meninggal saat kumandangkan adzan.
MUADZIN MENINGGAL SAAT ADZAN. Kolase Masjid Mujahidin Manang, Desa Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo (kiri) dan rekaman CCTV (kanan) muadzin meninggal saat kumandangkan adzan. (Tribun Solo / Anang Maruf)

Rusdi bahkan memberikan julukan "Daim" kepada Setu, yang dalam bahasa Arab berarti orang yang terus-menerus atau konsisten.

Julukan itu diberikan sebagai bentuk doa agar Setu selalu istiqomah dalam memakmurkan masjid, terutama dalam menjalankan tugas adzan malam yang cukup berat karena harus bangun di tengah malam.

“Panggilan Daim itu saya yang kasih. Biar jadi motivasi buat beliau, karena bangun tengah malam untuk adzan bukan perkara mudah. Tapi beliau jalani dengan ikhlas setiap hari,” ucap Rusdi.

Baca juga: Innalillahi, Seorang Muadzin di Sukoharjo Meninggal saat Salat Sunah Seusai Kumandangkan Adzan

Sebelum peristiwa yang menghebohkan itu terjadi, Setu datang ke masjid seperti biasa sekitar pukul 02.30 WIB untuk bersih-bersih sebelum mengumandangkan adzan. 

Namun, saat adzan berlangsung dan tiba pada lafaz "ash-shalaatu khairun minan naum” kedua, suaranya tiba-tiba terhenti, dan tubuhnya ambruk di dalam masjid.

Meski sempat diberikan pertolongan pertama oleh warga dan takmir, nyawa Setu tak terselamatkan. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman muslim di daerah Masaran, Sragen, Jawa Tengah.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved