Ini Rahasia Sanggar Tari Metta Budaya Solo Tetap Eksis Selama 27 Tahun Hingga Sekarang
Sanggar Tari Metta Budaya sudah hadir di Kota Solo selama 27 tahun sejak tahun 1989.
Penulis: Eka Fitriani | Editor: Daryono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Eka Fitriani
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sanggar Tari Metta Budaya sudah hadir di Kota Solo selama 27 tahun sejak tahun 1989.
Pada Minggu (7/8/2016), Sanggar Tari tertua di Kota Solo tersebut merayakan hari ulang tahunnya yang ke 27 dengan menggelar sendratari dengan judul Tambak Angkoro di Gedung Wayang Orang Sriwedari.
Di tengah gempuran begitu banyaknya sanggar tari di Kota Solo, Metta Budaya masih tetap eksis dan terus membina bibit-bibit baru seniman tari di Kota Solo.
Salah satu cara Metta Budaya mengajak anak-anak tetap mencintai budaya Jawa adalah dengan rasa kekeluargaan yang dibangun di dalam sanggar.
Muslimin Bagus Pranawa, Ketua Produksi sekaligus alumni Sanggar Seni Metta Budaya mengatakan membangun kecintaan terhadap kesenian itu dengan kekeluargaan.
"Triknya adalah kekeluargaan," katanya.
"Yang saya lihat dari metode pelatih-pleatih yang tua cara dia menyikapi anak itu bukan murid, tapi kayak anak sendiri," ujarnya.
"Anak sepuluh yang mengasuh ibunya siapa gitu ya uda di asuh semua, metode itu yang saya lihat masih ada sampai sekarang," katanya.
Sanggar Metta Budaya sendiri berpusat di Joglo Sriwedari dan cabangnya berada di Mojosongo.
Di sanggar Metta Budaya di Mojosongo terdapat sekitar 60 hingga 80 anak yang menjadi anggota sanggar ini.
Sedangkan anggota pusat yaitu Joglo di Sriwedari sekitar 250-an anggota Metta Budaya.
Latihan anggota setiap seminggu 2 kali yaitu hari Selasa dan Jumat atau hari Rabu dan Jumat.(*)