Takir, Wadah Jenang yang Punya Makna Filosofinya Religius
"Takir adalah daun pisang, dilipat sehingga berbentuk kotak, sebagai wadah jenang atau bubur," jelasnya.
Penulis: Facundo Crysnha Pradipha | Editor: Bayu Ardi Isnanto
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Chrysnha Pradipha
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Selain berfungsi sebagai wadah jenang, takir atau wadah yang terbuat dari daun pisang, ternyata memiliki makna filosofi.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Panitia Festival Jenang Solo (FJS) 2017, Septando Hijri Safara, saat ditemui wartawan dalam praevent FJS 2017, Minggu (12/2/2017) pagi.
"Takir adalah daun pisang, dilipat sehingga berbentuk kotak, sebagai wadah jenang atau bubur," jelasnya.
Makna takir, lanjutnya, adalah takwa dan zikir.
"Dua hal tersebut (takwa dan zikir) adalah wadah amalan-amalam kita sebagai makhluk Tuhan," ucapnya.
Septando menambahkan, takir juga melambangkan banyak hal.
Yakni kesederhanaan, kreativitas yang canggih, produk lokal masa lalu yang tak lekang oleh zaman, juga kemandirian masyarakat masa lalu sebelum mengenal sendok dan piring yang merupakan budaya Eropa.
Lalu juga sebagai wahana nostalgia dan melambangkan kedekatan manusia dengan alam.
Adapun cara membuat takir yaitu dengan melipat daun pisang menjadi dua, lalu melipat sisi satunya.
Setelah itu hasil lipatan kedua sisi disemat menggunakan lidi, demikian juga dengan ujung daun satunya. (*)