Kisah Pilu Orang Tua Debora yang Kehilangan Bayinya Karena Tak Mampu Bayar Ruang Perawatan

"Saya bilang saya enggak bawa duit sama sekali, cuma bawa kunci sama duit di kantong celana untuk tidur, tetapi mereka bilang harus bayar DP."

Editor: Hanang Yuwono
(KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR
Henny Silalahi dan suaminya Rudianto Simanjorang di rumah mereka di Jalan H Jaung, Benda, Tangerang, Sabtu (9/9/2017) 

Rudianto kemudian langsung menarik semua uang di ATM yang dimilikinya dan mencairkan sekitar Rp 5 juta.

Baca: Melalui Program BukaReksa, Bukalapak Janjikan Investasi Risiko Rendah Mulai Rp 10 Ribu

Surat rujukan

Dokter, perawat, dan petugas administrasi tetap menolak serta meminta uang dilunasi dulu sebesar Rp 11 juta.

Henny mengatakan, dokter saat itu sempat menyebut tarif perawatan di ruang PICU semalam mencapai Rp 20 juta.

Sekitar pukul 09.00, Henny dihubungi temannya yang mengabarkan ada ketersediaan ruang PICU di RS Koja.

Kondisi kritis

Kondisi Debora kritis.

Dokter dan suster bergantian meresustasinya (CPR).

Dokter menyebut Debora masih bernapas, tetapi jantungnya berhenti.

Monitor jantung menunjukkan garis lurus tak berkelok.

Henny dan suaminya hanya bisa memegangi tangan anak malang itu.
Ia menangis dan meminta Debora bertahan.

"Saya teriak, anak saya kedinginan dan tubuhnya pucat."

"Di situ saya menjerit."

"Dek, jangan pergi, tolong kamu bertahan, jangan menyerah," kata Henny. (dik/ajg/Kompas.com)

BACA Berita selengkapnya di Koran Warta Kota Edisi Minggu, 10 September 2017.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved