Sedih, Monumen Holocaust di Jerman Justru Dianggap Taman Bermain
Ingatan wisatawan akan diajak berkelana membayangkan sebuah tragedi kemanusiaan dialami orang-orang Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Putradi Pamungkas
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Efrem Siregar
TRIBUNSOLO.COM, BERLIN - Jerman memiliki perjalanan sejarah panjang yang menyisakan banyak bangunan tua yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.
Sebut saja misalnya gerbang Brandenburg bergaya neoklasikal di Berlin yang dibangun semasa raja Frederick William II, sewaktu negara itu bernama Prussia.
Lalu, ada gereja Katedral di Cologne yang dibangun pada 1248.
Yang terbaru adalah monumen peringatan Holocaust yang dibangun pada 2005 silam.
Baca: Kerja Sama dengan Grab, Solo Grand Mall Beri Undian Hadiah Handphone untuk Pengunjung
Meski usianya tak selama bangunan lain, ingatan wisatawan akan diajak berkelana membayangkan sebuah tragedi kemanusiaan dialami orang-orang Yahudi di Eropa selama Perang Dunia II.
Orang-orang pun mengaku terkesan mengunjungi monumen peringatan ini karena berbagai alasan.
Istimewanya, monumen seluas 800 meter persegi ini terlihat berbeda dibanding monumen peringatan pada umumnya.
Sebanyak 2711 balok bernuansa abu-abu ditempatkan sejajar di area terbuka.
Baca: Ketua DPR RI Sebut Ganjar Punya Kapabilitas Kembali Pimpin Jawa Tengah
Namun, kelakuan beberapa wisatawan bisa mengubahnya seperti taman bermain.
Dalam review di Google, seorang netizen menuliskan dalam bahasa Inggris, "Anak muda dan anak kecil melihatnya sebagai taman bermain, tertawa dan memanjatinya."
Hal itu sempat merisaukan artis Yahudi Shahak Shapira lantaran memang orang-orang sering menjadikan monumen peringtan itu sebagai latar dalam swafoto.
Karena itu, Shapira kemudian membentuk Yolocaust, sebuah projek untuk mengajak orang-orang agar tak memamerkan monumen peringatan itu seolah sebagai tempat yang cocok untuk ditertawakan.
Baca: Usianya Masih Belasan Tahun, Adik Verrel Bramasta Berhasil Gaet Artis Cantik dan Pamer Foto Mesra
Saat awal berdiri, ia mengaku telah menemukan banyak swafoto berlatar monumen peringatan Holocaust diunggah ke Facebook, Instagram, Tinder dan Grindr.
"Gilanya, proyek ini benar-benar bisa menjangkau 12 orang yang berswafoto di sana"
"Hampir semuanya mengerti pesan ini, lalu meminta maaf dan memutuskan untuk menghapus foto narsis mereka di Facebook dan Instagram pribadi," kata Shapira sebagaimana dikutip TribunSolo.com dari yolocaust.de.
Shapira juga mengaku menerima banyak tanggapan dari keluarga korban.
Baca: Hari Ini Lima Tersangka Perusakan Pabrik PT RUM Sukoharjo Jalani Rekonstruksi
"Saya menerima banyak tanggapan dari para peneliti Holocaust, orang-orang yang dulu bekerja di monumen peringatan, orang-orang yang kehilangan keluarga mereka selama Holocaust, guru yang ingin menggunakan proyek ini untuk pelajaran sekolah," katanya. (*)