Pakar Psikologi Politik UI Sebut Titik Soeharto Tak Akan Beri Pengaruh Besar untuk Partai Berkarya
"Itu mungkin enggak (berpengaruh) juga, jangan-jangan orang pilih dia dulu karena memang dia mewakili Golkar," kata Hamdi.
TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Pakar psikologi politik Universitas Indonesia, Hamdi Muluk menilai, kehadiran politikus senior Golkar Siti Hediyati Hariyadi atau Titiek Soeharto di Partai Berkarya tak akan berdampak signifikan terhadap peluang lolosnya Berkarya ke Parlemen pada Pemilu 2019 nanti.
"Sedikit lah, kalau kita mengandalkan jumlah orang yang memilih dia menjadi anggota legislatif di dapil dia," kata Hamdi kepada Kompas.com, Rabu (13/6/2018).
Bahkan, Hamdi juga memperkirakan kehadiran Titiek, sama sekali tak meningkatkan peluang Partai Berkarya menembus ambang batas parlemen 4 persen.
"Itu mungkin enggak (berpengaruh) juga, jangan-jangan orang pilih dia dulu karena memang dia mewakili Golkar," kata Hamdi.
Baca: Pernikahannya Dulu Mewah, Intip Foto Maternity Putri Bupati Ponorogo yang Tak Kalah dari Selebritis
Di sisi lain, ia memandang hengkangnya Titiek ke Partai Berkarya tak akan berpengaruh besar terhadap Golkar.
Sebab, Titiek dinilainya bukanlah tokoh sentral yang memiliki pengaruh kuat di Golkar.
"Enggak akan banyak berdampak bagi Golkar, Titiek bukan tokoh sentral di Golkar," kata Hamdi.
Ia juga memandang kepindahan Titiek tak berimbas terhadap potensi pindahnya kader Golkar lain ke Partai Berkarya.
Baca: Dishub Solo Intervensi Lampu Merah Antisipasi Macet Mudik Lebaran, Warga Diharap Memaklumi
Selain itu, kepindahan Titiek juga tak akan berpengaruh pada larinya pemilih potensial Golkar ke Berkarya.
"Tidak akan berimbas kepada larinya pemilih Golkar ke Berkarya.
Fenomena "Enak Jaman Ku To?" atau guyonan-guyonan yang dikasih nama dulu SARS (Saya Rindu Akan Soeharto) itu betul hanya meme buat guyonan-guyonan aja," kata Hamdi.
Menurut Hamdi, sebagian besar masyarakat juga sudah meninggalkan kenangan lama atau daya tarik kehidupan Orde Baru di zaman sekarang ini.
Baca: Pembentukan Persis Solo Junior 2018 Terus Dikebut
Ia mengungkapkan, sebagian besar pengikut fanatik Soeharto juga sudah sedikit, dan telah digantikan dengan generasi-generasi baru.
"Sudah berganti generasi."
"Orang-orang yang dulu berada di usia muda 20 tahun, sekarang udah 50-an ke atas sih, tapi rata-rata usia mahasiswa jaman Soeharto adalah kelompok kritis dan marah sama Rezim Soeharto, yang membikin gertakan Reformasi," papar Hamdi.
Seperti yang diketahui, Titiek kini bergabung dengan Partai Berkarya besutan sang adik, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.
Baca: Pria Ini Dulunya Pernah Dibuang Orangtua dan Jadi Badut, Kini Sukses Jadi Miliarder Muda Indonesia
Ia mengatakan, alasan utama keluar dari Partai Golkar lantaran partai tersebut berstatus sebagai partai pendukung pemerintah.
Di sisi lain, ia merasa gerah dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo karena dinilainya gagal menyejahterakan masyarakat.
Namun, karena berstatus sebagai kader Partai Golkar, ia tak bisa mengkritik pemerintah.
"Sebagai konsekuensinya tentu saya juga harus melepaskan keanggotaan saya di DPR"
"Saya mohon pamit kepada teman-teman di DPR, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaan kita selama ini, baik di Komisi IV, BKSAP maupun saat di rapat paripurna," kata Titiek melalui keterangan tertulis, Senin (11/6/2018).
Baca: Airport Tax Domestik Bandara Ahmad Yani Semarang Tetap Rp 50 Ribu Meski Terminal Baru Beroperasi
Titiek akan berjuang supaya Partai Berkarya mampu menembus ambang batas parlemen sebesar 4 persen dan bisa menempatkan kader-kadernya di DPR.
"Oleh karena itu kami membutuhkan dukungan seluruh masyarakat dan seluruh komponen bangsa," tutur dia.
"Saya pasti akan merindukan saat kebersamaan kami."
"Doakan kami bertemu lagi tahun depan (di DPR)."
"I shall return (saya akan kembali)," ucap Titiek. (Dylan Aprialdo Rachman)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Titiek Soeharto Dinilai Tak Akan Bantu Partai Berkarya Dapat Kursi di DPR"