Nur Wijaya Kusuma, Mahasiswa Termuda UGM asal Solo Dikenal Santai dan Hobi Main Gim
Nur Wijaya Kusuma didaulat menjadi mahasiswa termuda tahun 2018 di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.
Penulis: Imam Saputro | Editor: Daryono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Imam Saputro
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Nur Wijaya Kusuma didaulat menjadi mahasiswa termuda tahun 2018 di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta.
Jaya, sapaan akrabnya, lahir di Solo, 18 Mei 2003 atau baru berusia 15 tahun 3 bulan saat diterima di UGM.
Alumni SMA N 3 Solo ini dikenal santai saat bersekolah di SMA.
"Anaknya santai, kalem, dan biasa saja, bukan yang menonjol ikut organisasi jadi Ketua OSIS misalnya," kata Wakil Kepala Sekolah bidang Humas SMA N 3 Solo, Mujapar, Jumat (10/8/2018).
• Usianya Baru 15 Tahun, Ini Cerita Nur Wijaya Kusuma, Mahasiswa Termuda UGM Asal Solo
Japar mengakui Jaya memang mengikuti program 4 semester di SMAN 3.
"Di kami menyediakan jalur bagi siswa yang bisa belajar dengan cepat, si Jaya ini ikut di program 4 semester, jadi hanya 2 tahun," jelasnya.
Selain Jaya, kata dia, di SMAN 3 juga sebelumnya sudah meluluskan beberapa siswa di usia muda.
Di sisi lain, di rumah Jaya sering main gim untuk mengisi waktu luangnya.
"Sehari-hari biasa saja, pulang sekolah, kan sudah sore, trus salat magrib kemudian makan bareng dan habis salat Isya belajar sampai jam 9," ungkap orang tua Jaya, Sapta Kusuma Brata di SMA N 3 Solo.
Sapta yang juga mengajar TIK di SMA 3 Solo ini mengaku tidak pernah memaksa anaknya untuk bersekolah dengan waktu cepat.
"Anak saya katanya termotivasi saat PAUD, katanya kalau berat di awal, nanti di belakang akan enak, termasuk sekolah, jadi dia bisa belajar SD, SMP, SMA dalam waktu 9 tahun saja," ujarnya.
• Nokia 1 Dibanderol di Bawah Rp 1 Juta, Dilengkapi Kamera Depan dan Belakang
Sapta mengatakan sewaktu SD, Jaya mulai ikut kelas akselerasi saat naik ke kelas 4 di SD 16 Solo.
Jaya kemudian bisa lulus SD dalam waktu 5 tahun.
"Kemudian pas SMP saya ajak muter-muter pas pendaftaran, kemudian ia milih SMP 9 yang juga kebetulan ada kelas akselerasinya," kata Sapta.
"Demikian pula SMA ada program 4 semester, jadi semua ya bejo (beruntung,-Red)-lah," cerita Sapta.
Jaya sebagai anak tunggal juga tidak dipaksa untuk selalu belajar terus ketika di rumah.
"Ya cuma habis Isya sampai jam 9 itu buka-buka buku lah sebentar, kalau tidak ada tugas, atau nonton tv juga boleh, yang jelas jam itu tidak boleh main gim," kata dia.
• Lomba Desain Logo Hari Jadi Kabupaten Karanganyar Hadiah Total Rp 9,5 Juta, Simak Infonya
Menurutnya, Jaya memang memiliki hobi main gim sejak kecil dan sempat ingin kuliah di jurusan pembuatan gim.
"Ia awalnya mau kuliah di ITB yang bisa bikin gim, tapi setelah diskusi sama kami akhirnya memilih di Teknik Elektro UGM lewat jalur SNMPTN, "ujar Sapta yang merupakan lulusan Teknik Nuklir UGM ini.
Sapta menyerahkan sepenuhnya kepada anak sematays wayangnya dalam hal pendidikan ke depan.
"Katanya sih dia bercita-cita mau langsung S2, kami sebagai orang tua ya mendukung selama itu hal yang positif," kata dia.(*)