Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Gempa dan Tsunami di Donggala dan Palu

Hanya Berjarak 8 Menit antara Tsunami dengan Gempa di Palu

Menyimpulkan, Mohamad Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Dasar BIG mengungkapkan bahwa tsunami mulai terjadi 6 menit setelah gempa.

Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Puing bangunan di Perumnas Balaroa akibat gempa bumi yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Gempa bermagnitudo 7,4 mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan sedikitnya 420 orang meninggal dunia. 

TRIBUNSOLO.COM - Setelah mencoba mendapatkan data dari stasiun pasang surut di Pantoloan, Palu, Badan Informasi Geospasial (BIG) akhirnya berhasil mengungkap waktu persisnya kejadian tsunami yang menerjang Teluk Palu.

Berdasarkan data tersebut, diketahui air surut maksimal terjadi Jumat (28/9/2018) pukul 18.08 WITA sementara pasang maksimal terjadi pada pukul 18.10 WITA.

Menyimpulkan, Mohamad Arief Syafii, Deputi Informasi Geospasial Dasar BIG mengungkapkan bahwa tsunami mulai terjadi 6 menit setelah gempa.

Sementara pada pukul 18.10 WITA atau hanya 8 menit setelah gempa, tsunami sudah menerjang Pelabuhan Palu di Pantoloan.

Kekesalan Adelia Atas Tudingan yang Sudutkan Pemerintah Palu Pascagempa : Tolong Manusiawi Sedikit!

Dengan jarak Pantoloan ke Kota Palu yang sekitar 28 kilometer, maka Arief mengungkapkan beda waktu gelombang tsunami sampai di Palu "selisihnya enggak sampai 1 menit."

Menurut data, tinggi maksimum gelombang yang terbaca lewat tide gauge di Pantoloan adalah 2 meter.

Tetapi tsunami yang menerjang Palu bisa jadi lebih.

"Gelombang di Palu bisa lebih tinggi karena masuk ke teluk yang lebih sempit dan dangkal."

"Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ketingian di Palu ada yang 6 meter," kata Arief dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com.

Informasi baru tentang waktu dan ketinggian tsunami ini bisa menjadi pertimbangan ilmuwan untuk melihat ulang mekanisme yang memicu kejadian yang tak terduga ini.

Jeda gempa dan tsunami yang singkat ini menegaskan apa yang sebelumnya telah diungkapkan oleh peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto.

Ia mengungkapkan, dalam konteks Indonesia, mitigasi tsunami perlu dibarengi dengan edukasi masyarakat dalam mengenali gempa.

Data Tide Gauge di Pantoloan yang memberi petunjuk waktu terjadinya tsunami Palu.
Data Tide Gauge di Pantoloan yang memberi petunjuk waktu terjadinya tsunami Palu. (BIG)

“Kasus seperti 25 Oktober 2010 di Mentawai, orang yang selamat yang kita interview saat itu melihat tulisan ‘berpotensi tsunami’ di televisi."

"Dia keluar, lari sedikit, air sudah menggulung,” katanya.

Eko berpendapat jika sistem peringatan dini bencana alam baru bisa berguna ketika jarak tsunami datang ke darat itu cukup panjang.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved