Gempa dan Tsunami di Palu dan Donggala
Kisah Relawan Karangpandan: Ngamen untuk Pulangkan Warga Karanganyar Korban Bencana di Palu
12 warga Karanganyar itu sebelum gempa terjadi bekerja sebagai tukang bangunan di proyek perumahan di Palu sejak 2 September 2018.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Fachri Sakti Nugroho
Mereka mengajak rekannya untuk ikut, namun mereka mencari cara lain.
Beruntung mereka semua pada akhirnya dalam keadaan selamat.
“Setelah gempa dan tsunami, mereka hanya punya baju yang melekat di badan.”
“Kebetulan saat itu ada yang membawa 15 butir telur,” kata Ade.
Sama seperti pengungsi lainnya, mereka mengisi perut dari makanan di posko bantuan.
• Warga Karanganyar yang Selamat dari Gempa dan Tsunami di Palu Dijanjikan Pekerjaan Baru
ATM saat itu tidak berfungsi.
Upah hasil keringat belum diterima setelah kekalutan akibat gempa dan tsunami.
Keinginan mereka untuk segera pulang terhambat karena ongkos.
Belum lagi, penerbangan saat itu lebih banyak memprioritaskan bantuan, wanita, orang tua, dan anak-anak.
“Setelah mendapat kabar itu, kita kemudian mengumpulkan donasi, kita juga ngamen,” ucap Ade.
Hasil donasi itu kemudian dijadikan sebagai biaya kepulangan enam orang di antara mereka.
Itu pun juga terbantu karena salah seorang relawan mempunyai kerabat di TNI AU.
Lewat upaya persuasif ke TNI AU, mereka akhirnya bisa menempuh perjalanan udara dari Palu menuju Balikpapan memakai pesawat TNI AU.
Dari Balikpapan, enam orang tadi terbang memakai pesawat komersil ke Surabaya.
Di Surabaya, mereka sempat singgah di rumah salah satu anggota Rendan yang ada di sana sebelum akhirnya menempuh perjalanan darat ke Karanganyar.
• Sempat Rasakan Gempa dan Tsunami di Palu, Enam Warga Karanganyar Pulang dalam Keadaan Selamat