Tak Tahan Debu Akibat Proyek KA Bandara Adi Soemarmo Solo, Warga Pasang Spanduk Penolakan
Spanduk tersebut bertuliskan 'Raono Kesepakatan Minggato, Kami Menolak Keras Lingkungan kami Dikotori, Pikirkan Dampak Proyek, Pikirkan Warga.'
Penulis: Eka Fitriani | Editor: Hanang Yuwono
"Janji pelaksana proyek yang akan menyiram kawasan setiap 3 jam sekali tidak dipenuhi," katanya.
"Sehingga warga yang harus menyiram, padahal kawasan tersebut menjadi tanggungjawab pelaksana proyek untuk mengurangi debu yang dihasilkan dari proyek terkait," ujar Bagiyo.
Curhat Pemilik Warung Soto
Akibat debu yang terus bertebaran di proyek kereta bandara, Warga Kampung Bayan, RT 1/ RW 7 Kelurahan Kadipiro, Banjarsari mengaku omzet warungnya menurun drastis.
"Turunnya bisa sampai 50%," kata pemilik warung Soto, Nanik, kepada TribunSolo.com, Kamis (25/10/2018) siang.
Dirinya mengaku sejak proyek tersebut, jalan depan rumahnya menjadi sangat kering dan berdebu.
Selain itu juga banyak debu yang masuk ke warunganya.

"Kalau tempatnya seperti ini, orang parkir ya tidak bisa, kalau berdebu orang kan males parkir dan datang," tambahnya.
Dirinya menambahkan pihak proyek jarang menyiram jalanan yang biasa dilintasi kendaraan berat di depan rumahnya.
Sehingga warga sendiri yang harus turun tangan menyiram setiap hari.
Nanik sendiri setiap hari menyiram itu 5-6 kali agar tanah di depannya tidak berdebu.
"Kalau dari proyek itu kalau tidak ditegur warga dulu itu hanya menyiram sekali atau 2 kali saja," katanya.
Tidak hanya warung miliknya, dirinya mengatakan warga yang terpaksa menutup kios kiosnya seperti warung makanan atau toko. (*)