Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Yusril Ihza Pengacara Jokowi-Ma'ruf, Pernah Sebut Pilih Kotak Kosong hingga Sindir Pemimpin Amatiran

TribunSolo.com merangkum 4 pernyataan kontroversial Yusril Ihza Mahendra terkait kritikan kerasnya terhadap Jokowi dan pemerintahan saat ini.

Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Hanang Yuwono
Grafis TribunSolo
Yusril Ihza Mahendra 

TRIBUNSOLO.COM - Manuver Yusril Ihza Mahendra mengejutkan banyak pihak.

Sebab, ia menerima pinangan sebagai pengacara pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Dilansir TribunSolo.com dari Kompas.com, Yusril mengaku diajak oleh Erick Thohir yang tak lain adalah Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf.

Kata Yusril, tawaran agar ia menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf ini sudah datang sejak lama.

"Kami bincang-bincang dan Pak Erick menanyakan kepastian apakah saya bersedia menjadi lawyernya Pak Jokowi - Pak Kyai Ma’ruf Amin dalam kedudukan beliau sebagai paslon Capres-cawapres," kata Yusril dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/11/2018).

"Maka saya katakan pada Pak Erick, setelah cukup lama hal ini didiskusikan dengan saya, akhirnya saya memutuskan untuk setuju dan menjadi lawyer-nya kedua beliau itu," tambah Yusril.

Tetapi, walau ia menerima pinangan untuk menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf, namun Ketua Umum Partai Bulan Bintang ini menegaskan bahwa ia tidak tergabung dalam tim kampanye nasional.

Yusril-pun bicara tentang tugas dan wewenangnya sebagai pengacara Jokowi-Ma'ruf Amin.

"Jika ada hak-hak Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf yang dilanggar, beliau dihujat, dicaci dan difitnah misalnya, tentu saya akan melakukan pembelaan dan menunjukkan fakta- yang sesungguhnya atau sebaliknya, agar segala sesuatunya dapat diletakkan pada proporsi yang sebenarnya," kata Yusril.

Padahal beberapa waktu lalu, bukan rahasia lagi jika Yusril adalah sosok yang vokal dalam mengkritik Jokowi dan pemerintahan saat ini.

TribunSolo.com merangkum 4 pernyataan Yusril yang menuai pro dan kontra beberapa waktu lalu, khususnya dalam menyindir Jokowi. Simak berikut:

1. Bela Aksi #2019GantiPresiden

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra dalam artikel Tribunnews.com pada Senin, 9 April 2018 lalu sempat ikut menanggapi maraknya gerakan sosial #2019GantiPresiden yang kini muncul dalam bentuk tulisan yang dicetak di kaos dan diperjualbelikan.

Yusril menganggap slogan itu sebagai aspirasi yang tak perlu dilarang-larang.

“Ya namanya aspirasi sah-sah saja, tidak boleh aspirasi dilarang-larang. Setiap orang boleh katakan ganti presiden atau presiden dua periode,” ujar Yusril saat ditemui di Kantor DPP PBB, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (9/4/2018).

Yusril juga membahas Presiden Joko Widodo yang dalam pidato di Bogor tanggal 7 April 2018 lalu menyindir slogan tersebut.

“Kalau beliau mengatakan masak dengan kaos bisa ganti presiden maka yang di sebelah juga menyindir masak dengan baju kotak-kotak bisa jadi presiden. Kita hormati saja lah setiap aspirasi,” tegasnya.

Namun, Yusril tidak bisa memastikan apakah gerakan sosial macam itu mampu menurunkan elektabilitas Jokowi yang sejauh ini dalam berbagai survei masih berada di atas Prabowo.

“Kalau ada kekhawatiran soal itu, tergantung suasana hati beliau. Tergantung juga mau dibawa ke mana bola dan opini ini digiring,” pungkasnya sambil tersenyum.

Link berita

2. Pernah Singgung soal Pemimpin Amatiran

Pada detik-detik jelang pengumuman pencopotan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Archandra Tahar, Senin (15/8/2016), mantan Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra sempat menulis kultweet melalui akun @Yusrilihza_Mhd.

Kultweet yang terdiri delapan tweet atau kicauan tersebut berisi kritikan terhadap pemerintahan Presiden RI dan Wakil Presiden RI, Joko Widodo dengan Jusuf Kalla yang terkesan dikelola secara amatiran.

Imbasnya, masalah dwi-kewarganegaraan pembantu presiden tersebut pun luput dari perhatian.

Berikut salah satu kultweet mantan Menteri Hukum dan Perundang-undangan Indonesia tersebut terkait lengsernya Archandra.

Seperti diketahui, Arcandra ditunjuk dan dilantik sebagai Menteri ESDM untuk menggantikan Sudirman Said pada 27 Juli 2016.

Saat itu, Arcandra mengaku kaget sebab, selama ini, dia hanya berperan sebagai teman diskusi Joko Widodo.

Namun, sekitar 18 hari kemudian, nama Arcandra ramai diperbincangkan publik karena diketahui memiliki paspor Amerika Serikat.

Dengan demikian, polemik pun muncul sebab Indonesia tidak menganut sistem dwi-kewarganegaraan.

Polemik ini pun berujung pencopotan Arcandra sebagai menteri. Arcandra lalu tercatat menjadi pejabat pemerintahan dengan posisi menteri, yang paling singkat menjabat.

Link berita

3. Lebih Pilih Kotak Kosong

Yusril sempat mengatakan lebih memilih kotak kosong.

Penegasan itu diuraikan Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra usai menjadi pembicara di Musyawarah Nasional Umat Islam untuk Konstitusi di Pagelaran Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Senin (7/5/2018) lalu.

"Untuk pembicaraan antar partai, tentu kami sering melakukannya. Dengan Partai Gerindra misalnya, PAN, ataupun PKS. Kalau dengan PDIP kami tak ada pembicaraan," papar Yusril.

Menurutnya, PBB saat ini memilih mendengarkan alternatif calon lain. Bahkan ia menegaskan, bila Joko Widodo pada akhirnya maju sebagai calon tunggal, maka pihaknya akan mendukung kotak kosong.

"Kami tidak akan dukung (Jokowi). Kalau Pak Jokowi calon tunggal, ya kita dukung kotak kosong saja," urai dia.

Disinggung terkait alternatif calon lain di Pilpres 2019, secara gamblang ia mengaku telah menjalin komunikasi dengan beberapa nama, misalnya Prabowo Subianto, hingga Gatot Nurmantyo.

"Komunikasi tentu tak semuanya secara langsung. Komunikasi baik yang langsung maupun tak langsung ada tim-tim yang bicara," jelas Yusril.

Lebih jauh ia pun menyoroti aturan presidential treshold, yang mengharuskan capres didukung 20 persen suara di parlemen.

Menurutnya, aturan tersebut menjadikan sejumlah calon potensial menjadi kesulitan maju di Pilpres 2019. "Saya kira tanpa adanya aturan itu, kita akan mendapat calon potensial yang lebih baik," terang dia.

Link berita

4. Yusril Ihza Mahendra: Tapi Segoblok-gobloknya Dia, Dia itu Presiden

Beberapa tokoh nasional seperti Amien Rais, Yusril Ihza Mahendra, Bachtiar Chamsyah dan Kivlan Zein menghadiri Kongres Umat Islam Sumatera Utara yang berlangsung di Asrama Haji Medan Jalan AH Nasution, Medan, Jumat (30/3/2018).

Kongres ini mengusung tema Penguatan Ukhuwah, Peran Politik dan Sosial Ekonomi Umat Islam Untuk Menyelamatkan NKRI.

Acara ini dihadiri oleh ribuan orang dengan berbagai organisasi masyarakat islam, baik tingkat lokal maupun nasional.

Dari berita yang TribunSolo.com kutip dari TribunWow.com, terdapat ucapan yang dinilai kontroversial dilontarkan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra.

Yusril yang saat itu membawakan materi mengenai sejarah politik Islam Indonesia, menceritakan mengenai perjalanan Islam di tanah air sejak pra kemerdekaan.

Namun, dirinya larut dalam emosi ketika menghimbau kepada umat dihadapannya untuk turut serta dalam politik.

"Saya mengajak dan menghmbau Umat Islam seluruhnya. Jangan ada lagi yang mengatakan 'kami tidak mau ikut politik', dengan alasan islam itu suci sedangkan politik itu kotor. Jangan dicampur adukkan.

Padahal, kalau kita tidak peduli sengan politik, maka orang lain yang akan memegang kekuasaan politik.

Terjadilah apa yang kemudian dialami Hizbut Tahrir Indonesia.

Dulu diajak politik tidak mau, dengan alasan "Kami hanya mau Khilafah.."

Yang ada sekarang Thogut, lalu ndak mau nyoblos ndak mau ikut pemilu.

Begitu Jokowi terpilih jadi Presiden, lalu Jokowi menerbitkan selembar surat pembubaran HTI.

Dan.. HTI pun cuma bisa melongo, ndak bisa berbuat apa-apa.

Saya bilang pada tokoh HTI "segudang kepintaran itu tidak ada artinya dibanding segenggam kekuasaan.."

Presiden itu.. walaupun orangnya goblok (tidak menyebut nama) tapi segoblok-gobloknya dia, dia itu presiden.

"Kita-kita ini seperti saya, Pak Amien yang pinter, tidak ada apa-apanya. Bukan siapa-siapa", ujarnya.

Lihat videonya di bawah ini:

Link berita

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved