Ogah Disebut Politikus, Haikal Hassan Ungkap Alasannya Kerap Kritik Keras Pemerintah
Haikal Hassan juga membeberkan alasan ia kerap menyinggung politik saat ceramah dan ikut gerakan 2019 Ganti Presiden.
Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM - Haikal Hassan Baras atau biasa disapa Babe, dikenal sebagai salah satu publik figur yang kerap mengkritisi kinerja pemerintah.
Di sejumlah video, dia juga beberapa kali menggaungkan tagar 2019GantiPresiden.
Pria satu ini juga lekat dengan identitas sebagai ustaz.
Meskipun belakangan, ia mengaku panggilan itu bukan atas kemauannya.
Pengakuan itu diungkapkan oleh Haikal Hassan saat menjadi bintang tamu di acara E-Talkshow yang tayang di tvOne, Jumat (4/1/2019).
Talkshow yang dikemas secara santai ini dipandu oleh Wahyu Muryadi alias Om Way.
Di acara tersebut, Haikal mengungkapkan alasan mengapa ia kerap dianggap melontarkan kritik pedas kepada pemerintah.
Catatan TribunSolo.com, Haikal Hassan pernah mengkritik pemerintah soal kebijakan dan isu terkini.
Pertama, kasus pembakaran bendera di Garut.
Kedua, acara IMF di Bali yang dianggap Haikal Hassan tak pantas lantaran momennya berdekatan dengan musibah di Sulawesi Tengah.
Dan masih banyak lagi lainnya.
Namun, Haikal Hassan menegaskan kritikannya itu dilontarkan agar pemerintah semakin baik.
"Buka sinis dengan pemerintah, kalau nggak sekarang, kalau bukan kita yang kritik, siapa lagi coba?" jawab Haikal Hassan.
Ia pun menganalogikan, dengan kritikannya tersebut diharapkan pemerintah bisa melek.
"Supaya pemerintah 'melek' (dengan) apa yang terjadi di lapangan," kata Haikal.
Bukan tanpa alasan Haikal Hassan mengatakan demikian.
Menurut klaimnya, ia sudah berkeliling di sejumlah daerah di Indonesia dan menerima keluhan-keluhan dari warga sekitar.
"Kan ane jalan tiap hari bisa 5 sampai 6 tempat dikunjungi. Dari Aceh sampai Papua pernah dikunjungi."
"Coba tanya petani garam di Madura, ada yang udah enggak bisa sekolahin lagi anaknya. Gara-gara dia udah enggak bisa lagi jualan garam. Gara-gara garam dari luar (impor) masuk ke dalem," ungkap Haikal Hassan.
Selesai menjawab, Haikal kemudian ditanya seputar profesinya.
"Haikal Hassan ini mau jadi apa sih? Jadi ustaz, motivator, apa politisi?" tanya Wahyu, dikutip TribunSolo.com dari TribunWow.com.
Meskipun masih di awal segmen, Haikal merasa jawaban ini cukup berat untuk dijawab.
Tampak ia menghela napas dan minta minum.
Selesai minum, Haikal mengatakan bahwa dirinya bukanlah seorang politikus dan juga tak berniat untuk berkiprah di dunia politik.
"Kalau politisi kan ada karier politiknya, saya nggak ada," jelasnya.
Ia pun menegaskan bukan seorang ustaz, melainkan guru ngaji di kampung.
"Orang bilang panggil saya ustaz, saya berkali-kali bilang, jangan panggil ustaz, saya cuma guru ngaji kampung," tegasnya.
"Tidak berpolitik praktis, tapi kan jadi pengurus Timses Prabowo-Sandi," timpal Wahyu yang seperti belum puas dengan jawaban Haikal.
Haikal pun membalas, jika hal itu tidak bisa menandakan bahwa dirinya adalah seorang politisi.
"Kalau politisi itu kan dia yang berkarier, berjenjang, dan menjabat suatu jabatan di politik. Kalau saya mendukung, itu sih bukan politisi. Itu sikap politik," ujar Haikal.
Dengan gaya humor khas-nya, Haikal lantas bercan soal pilihan politiknya.
"Warga Indonesia yang tidak golput, sikapnya sama dengan saya. Lu kalau nggak dukung nomor 2, pasti lu nggak dukung nomor 1," kata Haikal.
Penonton di studio tertawa mendengar pernyataan Haikal.
"Om boleh dukung nomor 2, dan Om juga nggak apa-apa kalau nggak dukung nomor 1 kan?" Haikal Hassan menjelaskannya kepada Wahyu alias Om Way.
"Ini logikanya kuat banget ini," kata Om Way kemudian.
Simak video selengkapnya di bawah:
Alasan Haikal Hassan Singgung Politik saat Ceramah dan Ikut Gerakan 2019 Ganti Presiden
Kerap kali menyinggung buruknya pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sekaligus mengajak jemaahnya ganti presiden dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang, Ustadz Haikal Hassan Baras mendapat beragam cap.
Haikal Hassan Baras yang lebih senang menyebut dirinya sebagai seorang konsultan dan pemerhati ini memiliki alasan mengapa dirinya sekarang ikut berpolitik.
Lewat akun twitternya @haikal_hassan; pada Rabu (14/11/2018), Haikal Hassan Baras menyebutkan kini dirinya mendapatkan banyak sebutan, antara lain golongan Wahabi Taqfiri atau teroris, syiah serta dirinya difitnah sebagai anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
"Setelah reda menuduh saya WAHABI TAQFIRI, sethn ini mulai menuduh saya SYIAH. Dan sejak kasus bendera bertambah lagi tuduhan dg mengatakan saya HTI."
"Hehehe saya pemerhati sejarah. Dan belajar dimana2 utk hal ini. Udah cukup dong tuduhannya. Maksimum sd April 2019 ya," tulis Haikal Hassan Baras menanggapi isu tentang dirinya di media sosial, seperti dikutip TribunSolo.com dari Warta Kota.
Namun, terlepas dari isu yang beredar tersebut, lewat rekaman video Haikal Hassan Baras mengungkapkan alasan mengapa dirinya terjun dalam dunia politik.
Padahal diakuinya, sejak lama dirinya tidak pernah berpolitik, terlebih menyisipkan politik dalam setiap tausiahnya.
"Temen-temen, saya tidak pernah ikut campur yang namanya politik, ane nggak mau ikut campur, dari jaman dulu ampe sekarang, dari jaman dulu."
"Dan ampe sekarang ane nggak pernah masuk pertai mana pun, kalau diundang dalam rangka bicara motivasi banyak, tapi kalau berada dalam partai, nggak pernah, ane nggak suka gitu-gituan," ungkap Haikal Hassan Baras.
Alasan mengapa dirinya bersedia berpolitik dan mendukung gerakan #2019GantiPresiden lantaran kecewa atas sejumlah kebijakan pemerintahan Jokowi saat ini.
Kebijakan impor bahan pangan pokok seperti beras, jagung, kedelai hingga garam katanya tidak bisa dibiarkan.
Karena diketahui Indonesia memiliki kekayaan dan potensi alam yang berlimpah, pemerintah justru melakukan impor.
Belum lagi katanya, keputusan negara untuk kembali berhutang kepada luar negeri.
"Tapi baru sekarang nih, saya betul-betul jadi peduli, kenape? gregetan, liat ape? ekspor nggak ada-dikit, tapi impor gila-gilaan, bahan pangan diimpor, nasi yang buat kita gegares (makan) itu diimpor, ini udah nggak bisa didiemin."
"Jagung impor, garem impor, kedelai impor, semuanya impor," ungkap Haikal Hassan Baras.
"Itu yang bikin ane nggak suka-nggak ridho karena bangsa ane digituin."
"Itu sebabnya ane ikut campur politik, ane nggak suka-nggak ridho dikit-dikit ngutang," tambahnya. (*)