Novel Baswedan: Jika Presiden Bentuk Tim Pencari Fakta, Tak Ada Risiko Apapun Kecuali Bisa Terungkap
Novel Baswedan khawatir jika presiden, sosok yang paling ia harapkan bisa membantu menuntaskan kasusnya, justru takut untuk mengungkap segalanya.
Penulis: Noorchasanah Anastasia Wulandari | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNSOLO.COM - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan, mengaku memandang sebelah mata proses pengungkapan kasus penyerangan yang dialaminya.
Pasalnya, hampir 2 tahun berlalu, belum ada titik terang terkait kasus penyiraman air keras terhadap dirinya, tepatnya sejak 11 April 2017.
Novel pun menyampaikan kekhawatirannya kepada komika Pandji Pragiwaksono, terlihat pada tayangan vlog yang diunggah oleh Pandji, Selasa (26/3/2019), ke YouTube.
Ia khawatir jika presiden, sosok yang paling ia harapkan bisa membantu menuntaskan kasusnya, justru takut untuk mengungkapnya.
• Lanjutan Kasus Novel Baswedan, Tim Gabungan Datangi Malang dan Periksa Sejumlah Saksi
Pernyataan ini pernah Novel sampaikan pula dalam sebuah diskusi di KPK pada November 2018 lalu.
"Pertanyaannya, kira-kira Presiden takut enggak mengungkap ini? Kalau Presiden takut mengungkap ini, saya sangat sedih," ujar Novel.
Novel pun kemudian memberikan penilaiannya terkait bantuan presiden jika membentuk tim gabungan untuk mengusut kasus-kasus yang mengancam penyidik KPK.
Ia menegaskan tidak akan ada risiko jika presiden benar-benar menerjunkan tim gabungan untuk mengungkap kasus penyerangannya.
• Novel Baswedan Kutuk Aksi Penyerangan Terhadap Dua Pegawai KPK
"Tentunya saya punya banyak indikator untuk mengatakan soal itu,"
"Logika saya adalah kalau presiden membentuk tim gabungan pencari fakta, risikonya apa?"
"Tidak ada risiko apapun, kecuali risikonya akan bisa terungkap,"
"Apakah itu risiko yang positif atau negatif?" kata Novel kepada Pandji.
• Jokowi Siap Beri Jawaban soal Kasus Novel Baswedan di Debat Pilpres
Penilaian tersebut yang menjadi kekhawatiran Novel terhadap presiden yang dimungkinkan takut untuk mengungkap kasusnya.
Selain itu, Novel juga menyayangkan pihak-pihak yang justru diam saja melihat banyaknya ancaman yang datang kepada anggota KPK.
"Orang-orangnya KPK yang sedang mengungkap, semuanya digangguin," kata Novel.
"Persekongkolan jahat itu tidak boleh dibiarkan, mau sampai kapan?"
"Siapa pun yang mengetahui korupsi-korupsi yang luar biasa di Indonesia, harusnya marah,"
"Sangat tidak nasionalisme kalau kemudian mengetahui begitu parahnya korupsi namun tidak marah," lanjutnya.
• Polisi Bantah Pembentukan Tim Gabungan Usut Kasus Novel Baswedan Sarat Kepentingan Politik
Simak videonya di bawah ini:
Diberitakan sebelumnya, wajah Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal seusai menjalankan salat subuh di masjid dekat kediamannya, pada 11 April 2017 lalu.
Sejak saat itu, Novel fokus menjalani serangkaian operasi guna penyembuhan matanya.
Proses penyembuhan juga dilakukan di rumah sakit yang berada di Singapura.
• Kuasa Hukum Novel Baswedan Sebut Tim Gabungan Hanya Akan Zero Hasil
Dikutip TribunSolo.com dari Kompas.com, menurut hasil diagnosis dokter yang merawatnya pada waktu itu, mata kiri Novel mengalami kerusakan 100 persen.
Sementara, mata kanan Novel mengalami kerusakan 50 persen akibat air keras yang disiram ke matanya.
Sejumlah aktivisi antikorupsi sendiri telah mendesak Jokowi untuk membentuk tim independen dalam penanganan kasus tersebut.
Apalagi, kasus itu telah berlalu tanpa ada satu pun pelaku yang ditangkap polisi. (*)