Pilpres 2019
Yunarto Wijaya Bandingkan Pidato Jokowi dan Prabowo soal Aksi 22 Mei, Andre Rosiade Beri Tanggapan
Yunarto Wijaya dan Andre Rosiade membandingkan pidato Joko Widodo dan Prabowo Subianto terkait aksi 22 Mei.
Penulis: Rohmana Kurniandari | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNSOLO.COM - Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya memberikan komentar terkait pernyataan calon presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam menanggapi aksi kerusuhan di Jakarta.
Saat hadir di acara Mata Najwa yang tayang di Trans7 pada Rabu (22/5/2019), Yunarto Wijaya membandingkan pidato keduanya.
Awalnya, tim Mata Najwa memperlihatkan cuplikan pidato Jokowi dan Prabowo dalam menanggapi aksi 22 Mei.
Najwa Shihab selaku pembawa acara lantas meminta Yunarto untuk memberikan tanggapan.
Menurut Yunarto, ada yang berbeda dalam pernyataan yang disampaikan Jokowi dan Prabowo.
• Aliansi Masyarakat Madani Sikapi Aksi 21-22 Mei di Jakarta, Ini Enam Rekomendasinya
"Saya pikir berbeda ya, Prabowo berbicara sebagai capres, Jokowi berbicara sebagai presiden. Narasi yang digunakan juga berbeda," kata Yunarto.
Pria yang akrab disapa Totok ini mengatakan jika sikap tegas Jokowi sudahlah tepat.
"Yang dibutuhkan masyarakat bukan 01 atau 02 lagi, tapi negara hadir dan kemudian bersikap tegas," ujarnya.
Menurut Yunarto, posisi Jokowi sekarang sebagai presiden sudah seharusnya memberikan kepastian hukum kepada rakyat.
Sementara itu, kata Yunarto, Prabowo juga mengawali pernyataannya dengan cukup menenangkan.
• Tulisan Terakhir Ustaz Arifin Ilham Sebelum Meninggal Dunia, Bismillah Berjumpa dengan Allah
"Prabowo sebenarnya juga memulai dengan narasi yang positif ketika berbicara turut berbelasungkawa, ketika mengatakan menahan diri, jangan ada kontak fisik," terang Yunarto.
Namun, di sisi lain, ia mengatakan jika apa yang disampaikan Prabowo bisa ditafsirkan beragam.
"Tapi bisa ditafsirkan bermacam-macam ketika masuk melalui tafsir kemanunggalan TNI-Polri dengan rakyat," ujarnya.
Padahal, menurut Yunarto, harus dibedakan antara konflik aparat dengan perusuh atau pengunjuk rasa.
Lantaran pada Selasa (21/5/2019) siang hingga malam hari kondisi masih terbilang kondusif dan tidak terjadi konflik antara aparat dan pengunjuk rasa.
• 257 Orang Ditetapkan Sebagai Tersangka Kerusuhan 22 Mei 2019 di Jakarta
Tepat pukul 22.15 WIB, massa yang sebelumnya melakukan aksi damai kemudian mencoba merusak pagar besi.
Hingga, sekitar pukul 22.40 WIB, kericuhan antara perusuh dengan aparat tak terelekan lagi.
Menurut Yunarto hal itu tentu berbeda.
Ia menilai jika aparat tidak menindak tegas para perusuh maka hal itu salah besar.
"Salah narasi yang disebutkan karena seakan-akan mereka (perusuh) korban karena pada titik itu malah seharusnya negara bersikap tegas," pungkasnya.
• Kantongi Rekaman Pertemuan Rencana Kerusuhan di Jakarta, Polisi Buru Sosok Penyandang Dana
Pernyataan Yunarto tersebut lantas ditanggapi oleh Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Andre Rosiade.
Mulanya, Andre menyebut jika ucapan bela sungkawa yang disampaikan Prabowo adalah pernyataan yang seharusnya dikeluarkan.
"Yang disampaikan Pak Prabowo bela sungkawa itu benar adanya," kata Andre.
Lantas Andre menyampaikan bahwa Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon telah melakukan investigasi mengenai korban kerusuhan aksi.
Dikatakan oleh Andre, Fadli Zon mengaku telah menemukan informasi ada seseorang yang tidak terlibat aksi demo justru menjadi korban tembak.
Korban tersebut merupakan salah satu remaja masjid yang ada di Petamburan, berusia 15 tahun.
• Aa Gym: Mohon Hentikan Segala Kekerasan, Jangan Terprovokasi Orang yang Ingin Negeri ini Hancur
"Ada anak usia 15 tahun lagi duduk sama teman-teman sekitar jam 2 malam, jam 1 masih ketemu ibunya, lagi duduk tiba-tiba ada dua temannya, lagi duduk 'dor' jatuh, meninggal, namanya Raihan umurnya 15 tahun lagi duduk di gang, dia remaja masjid Al Istiqomah di Petamburan. Pertanyannya ada apa? dia ikut ditembak," terang Andre.
Ia lalu mempertanyakan mengapa tidak ada ucapan bela sungkawa dari Jokowi.
Sedangkan diketahui ada enam orang tewas dan 200 lebih terluka dalam aksi tersebut.
"Sekarang ada enam yang tewas, rakyat Indonesia tewas enam orang dan ratusan terluka, saya tidak mendengar narasi saupun dari pejabat Indonesia mulai dari Presiden, Menkopolhukam, Kapolri yang mengucapkan duka cita terhadap meninggalnya warga Republik Indonesia," protesnya.
Andre meminta seharusnya selain mengatakan akan menindak tegas juga menyampaikan empati kepada korban.
• Polisi Duga Pengunjuk Rasa Dapat Amplop Bayaran, Fadli Zon: Itu Hoaks, Saya Yakin Tidak Ada
"Seharusnya presiden boleh mengatakan akan menindak pelaku kerusuhan, tapi tetap empati kepada korban tetap dikedepankan, dan mendorong investigasi agar polisi bisa menginvestigasi secara jujur adil dan transparan dan berkeadilan apa penyebabnya," ujarnya.
Video selengkapnya:
(*)