Data Terbaru Dampak Gempa Banten dari BPBD: 106 Rumah Rusak di Pandeglang dan Lebak
"Di Mandalawangi 44 rumah rusak, paling parah di dua desa Panjang Jaya dan Sinar Jaya," kata Deni di kantornya, Sabtu.
Gerak Sesar Oblique
Gempa Banten dengan magnitudo 7,4 terjadi pada Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa berpotensi tsunami.
• Maling Bobol Apotek di Mojosongo Solo, Uang Rp 3,2 Juta Berhasil Digondol
Pakar tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Abdul Muhari, mengatakan bahwa gempa terjadi dengan mekanisme sesar naik.
"Tapi oblique, naik miring," ungkapnya ketika dihubungi Kompas.com.
Gerak sesar oblique pernah menyebabkan gempa besar di Aceh pada 2012 yang disertai tsunami kecil serta terjadi pula di Bali beberapa waktu lalu.
Mekanisme gempa sesar naik merupakan salah satu syarat terjadinya tsunami, selain magnitudo gempa yang besar serta lokasi gempa di zona subduksi atau pertemuan 2 lempeng.
• Ratusan Peserta Ikuti Awwalussanah SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo
Gempa Banten yang terasa hingga Jakarta, Depok, Bekasi, dan bahkan Solo ini berpusat di Megathrust Selat Sunda, wilayah pertemuan dua lempeng yang berpotensi membangkitkan gempa hingga magnitudo 8,8 dan tsunami lebih dari 20 meter.
Sejauh ini, informasi yang diketahui soal gempa Banten adalah magnitudonya 7,2, berpusat di Megathrust Selat Sunda, terjadi pada kedalaman sekitar 10 kilometer, dan punya mekanisme sesar oblique.
Abdul lewat analisis data telah mendeteksi gelombang tsunami di selatan Banten.
(Gloria Setyvani Putri/Yunanto Wiji Utomo)
Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Kenapa Gempa Banten Terasa Sampai Yogyakarta dan Mataram?
Artikel ini telah dipublikasikan Kompas.com dengan judul: Gempa Banten, Ahli Katakan Sebabnya adalah Gerak Sesar Oblique