Ditinggal Orang Tuanya, Pelajar SMK Asal Malang Ini Harus Menumpang di Ruang Osis Sekolahnya
Namun sejak pertengahan kelas IX, Andre ditinggal orang tuanya yang terlibat masalah keuangan.
TRIBUNSOLO.COM – Pelajar kelas SMK Widyagama, Kota Malang bernama Andreas Oktaviandi Tampubolon (15) terpaksa tinggal di ruang OSIS di sekolahnya karena tak mempunyai tempat tinggal.
Awalnya, Andre tinggal dengan cara mengontrak rumah bersama orang tua di Desa Wendit, Kabupaten Malang.
Namun sejak pertengahan kelas IX, Andre ditinggal orang tuanya yang terlibat masalah keuangan.
• Beda Pendapat Dengan KPAI, Menpora Berharap Audisi PB Djarum Tetap Berjalan
Andre menyebut ketika masa kontrakan rumah habis itulah yang menjadi masalah tersulit yang pernah dihadapinya.
Kisah Andreas viral di Twitter setelah gurunya membagikan thread.
Dalam thread itu, sang guru mengungkap Andre yang terpaksa tidur di ruang OSIS sekolah lantaran ditinggal orang tuanya.
Andre mempunyai keahlian di bidang komputer dan jaringan.
Bahkan Andre membuka jasa service komputer yang kelola bersama temannya.
“Saya belajar dari melihat kakak teman saya. Saya menirukan, dan ternyata bisa,” kata andre.
Kemudian dia mengontak teman-temannya agar mendapat pertolongan.
“Ada teman yang menawari saya kerja membantu kakaknya yang punya usaha di bidang komputer. Saya tinggal di sana selama dua bulan,” katanya.
Kemudian Andre memutuskan untuk meninggalkan rumah temannya itu karena tidak enak terlalu lama menumpang.
Beruntung, guru di SMK Widyagama membolehkan ruang OSIS dipakai untuk tidur.
Ruang OSIS tempat tidur Andre cukup luas. Ia tidur di sebuah kasur.
Baju miliknya disimpan di dalam sebuah laci besar.
Sementara buku-buku, ditata di meja.
Sehari-hari Andre menjalani aktivitasnya secara normal seperti kebanyakan pelajar lain.
Pagi hari, dia mandi kemudian sarapan dengan makanan seadanya. Hari-hari di sekolah, dia lalui seperti biasa.
“Tidak ada kesulitan. Sama saja seperti yang lain,” ucapnya.
Andre membeli makanan menggunakan uang pribadinya yang diperoleh dari jasa service.
Kadang dia mendapat kiriman makanan dari teman maupun gurunya.
“Teman-teman dan guru sangat baik. Saya bersyukur sekali,” kata Andre.
Untuk mengisi waktu luang, Andre membaca buku dan bermain game.
Buku yang gemar dibaca adalah novel dan komik.
Satu buku yang telah diselesaikannya adalah Magic Library karya Jostein Gaarder, penulis novel filsafat Dunia Sophie.
Sampai saat ini Andre mengaku masih menjalin komunikasi dengan orang tuanya.
Jika lulus nanti, Andre berharap mendapat beasiswa agar bisa melanjutkan pendidikan.
“Kalau dapat beasiswa saya mau ambil. Kalau tidak, mungkin langsung kerja saja,” ujarnya.
Andre dikenal sosok pribadi yang tegar dan tidak mau meyerah.
Kendati menghadapi masalah yang sulit, Andre tidak pernah mengeluh.
“Dia adalah anak baik anak. Dia tidak mengeluh dan tegar,” ujar Adinda Restika Putri, teman Andre.
Adinda adalah teman Andre yang memberi tahu jika temannya itu tidak mempunyai tempat tinggal.
“Waktu Andre keluar dari rumah teman, saya chat ke temen-temen, siapa yang bersedia
menampung.”
“Tapi tidak ada yang jawab. Akhirnya saya beritahukan ke guru, akhirnya boleh tinggal di sini,” katanya.
Adinda dan teman-teman sekelas Andre bergantian mengirim makanan ke ruang OSIS.
Kadang mereka juga menjemput Andre untuk diajak main bersama.(*)
Artikel ini telah dipublikasikan suryamalang.com dengan judul: Kisah Andreas Tampulon, Pelajar SMK Asal Malang yang Hidup Tanpa Menyerah