Buta dan Sakit-sakitan, Begini Kisah Haru Dua Nenek yang Setia Tinggal Bersama Dalam Kekurangan
Dua nenek bernama Siti (91) dan Simah (82) adalah kakak beradik yang mengalami kebutaan dan tinggal dalam satu rumah.
Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Simah yang sudah tidak dapat melihat rela memasak untuk keperluan makan.
Meski masakan itu, diakui oleh Simah sebisa dia lakukan, asal dapat untuk dikonsumsi bersama Siti.
"Masak sendiri untuk makan, sampai pernah kaki ini terkena (bara) api karena tidak bisa melihat. Sebab Siti sudah tidak bisa apa-apa, sering sakit-sakitan, jalan saja sudah pakai tongkat. Kadang juga dikasih orang," kata Simah.
Untuk menopang kehidupan, kedua kakak-beradik buta ini pun banyak mengandalkan pemberian orang dan pihak-pihak yang merasa kasihan dengan kondisi mereka.
Terlebih sebelumnya, sudah banyak perabot dan barang milik pribadi yang dijual guna membeli kebutuhan bahan makanan.
"Kadang juga kami yang kasih makan, kadang juga keponakannya (Tami). Tapi kebanyakan Mbah Simah itu masak sendiri, seadanya, beberapa waktu lalu sampai kakinya terluka kena api," ucap salah seorang tetangga, Karni (50).
Biasanya, tetangga maupun kerabat mengirim makanan kepada kedua nenek buta tersebut saat Simah sedang sakit, lantaran tidak ada makanan yang tersedia untuk dikonsumsi.
"Memang yang sering sakit-sakitan itu Mbah Siti, kalau Mbah Simah yang sakit ya susah nggak ada yang masak, makanya kami kebanyakan kirimi makanan saat Mbah Simah sakit," beber salah seorang tetangga yang lain, Rika (32).
Tempat tinggal tidak layak

Rumah Siti dan Simah yang ditempati saat ini merupakan peninggalan orang tua.
Rumah berdinding papan dengan tatanan kuno, dan sebenarnya terlihat cukup tidak layak untuk ditempati.
"Kadang kalau hujan juga masih kebanjiran. Meski sekarang lantai sudah diplester (dicor), kalau hujan deras ya tetap ngembes (kebanjiran tapi nggak parah seperti sebelumnya)," ujar salah seorang tetangga, Rika.
Di samping rumah berukuran sekitar 10x12 meter persegi tersebut, sebenarnya terdapat sebidang tanah kosong.
Tanah tersebut, dahulunya merupakan milik Siti dan Simah.
"Tapi sudah lama kami jual. Dulu saat dibeli katanya mau dibuat mushalla, makanya saya mau jual, tapi sampai sekarang kok tidak dibangun-bangun mushallanya," ucap Simah.