Viral Kisah Seorang Pria Hadiri Pernikahan Mantan Istri yang Berusia 62 Tahun dengan Bocah 9 Tahun

Dari foto-foto yang dirilis oleh Barcrift Media dan DailyMail, terlihat seorang anak laki-laki yang masih kecil menikah dengan seorang perempuan yang

Editor: Reza Dwi Wijayanti
Barcroft/DailyMail
Berita viral hari ini - Seorang pria saksikan mantan istri (62 tahun) menikahi bocah berusia 9 tahun. 5 anak hadiri pernikahan. Simak kisahnya. 

Mereka kemudian melakukan upacara pernikahan secara resmi dan lengkap di depan penduduk setempat yang terheran-heran.

Anak sekolah berusia sembilan tahun, Saneie Masilela dan mempelai perempuannya yang berusia 62 tahun, Helen Shabangu, mengenakan pakaian tradisional saat mereka memperbarui janji pernikahan mereka di Afrika Selatan. (Barcroft)
Anak sekolah berusia sembilan tahun, Saneie Masilela dan mempelai perempuannya yang berusia 62 tahun, Helen Shabangu, mengenakan pakaian tradisional saat mereka memperbarui janji pernikahan mereka di Afrika Selatan. (Barcroft) ()

Sisi psikolog

Dilansir dari Intisari pada (11/1/2020), perbedaan usia yang cukup jauh dianggap kurang ideal untuk menjalin ikatan pernikahan.

Jatuh cinta memang hak semua orang, termasuk jika kita mencintai orang yang usianya terpaut cukup jauh.

Namun menurut psikolog Ine Andriyani Aditya, pernikahan dengan pasangan beda usia, apalagi jika satu pihak masih remaja, sebaiknya tidak dilakukan.

Ine mengatakan, usia remaja adalah peralihan menuju fase dewasa sehingga secara psikologis mereka belum stabil.  

Keputusan menikah adalah keputusan besar sehingga dituntut pemikiran mendalam dan bijak.

"Remaja yang menikah seperti memaksa mereka untuk dewasa sebelum waktunya.”

“Apalagi bila nantinya memiliki anak, tanggung jawabnya lebih besar," kata psikolog dari lembaga psikologi SATU Consulting ini.

Seorang remaja juga sedang dalam masa mencari identitas diri, salah satu caranya adalah membandingkan diri dengan teman lainnya.

Jika mereka sudah berstatus sebagai istri atau suami, bisa membuat mereka seperti tidak punya teman.

"Akibatnya remaja kesulitan mencari pembanding dan berisiko tidak menemukan jati dirinya.”

“Anak yang tidak punya jati diri akan mudah diombang-ambingkan situasi sekitar.”

“Kondisi ini tentu tidak sehat untuk perkembangan remaja yang masa depannya masih panjang," paparnya.

Perbedaan usia yang terlalu jauh juga dikhawatirkan mengakibatkan perbedaan visi. Sesuai usianya, seorang remaja biasanya masih ingin bersenang-senang.

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved