Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Dibalik Mi Ayam Tumini yang Viral di Media Sosial

Warung mi ayam itu berada di Jalan Imogiri Timur No 187 Umbul Harjo, atau di sisi utara pintu masuk Terminal Giwangan.

Editor: Reza Dwi Wijayanti
TribunJogja.com
Mie Ayam Bu Tumini, saking legendarisnya sampai jadi trending Twitter saat pemiliknya meninggal dunia, Sabtu (8/2/2020). 

TRIBUNSOLO.COM -  Sabtu, 8 Februari 2020, Bu Tumini pemilik warung Mie Ayam Bu Tumini Sari Rasa Jatiayu meninggal dunia.

Mie Ayam Tumini adalah salah satu mie yang melegenda di Yogyakarta. Dengan kuah kental yang manis, Mie Ayam Tumini menjadi salah satu kuliner yang diburu di Yogyakarta.

Warung mi ayam itu berada di Jalan Imogiri Timur No 187 Umbul Harjo, atau di sisi utara pintu masuk Terminal Giwangan.

Sementara Tumini dan keluarganya tinggal di Dusun Sawahan V, Desa Dadapayu, Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul.

Tumini adalah wanita kelahiran Salatiga, Jawa Tengah dan suaminya, Suparman kelahiran Jatiayu.

Pendiri Mie Ayam Bu Tumini Meninggal Sampai Jadi Trending Twitter, Ini Alasan Orang Rela Mengantre

Berawal dari Marah, Pria di Bima Ini Bacok Ayah Mertuanya hingga Tewas

Meninggalnya Bu Tumini sempat menjadi trending Twitter Indonesia pada Sabtu (8/2/2020).

Hingga Sabtu siang, ada lebih dari 2.000 twit terkait Tumini.

Berawal dari sewakan grobak mi ayam

Saat pertama kali dibuka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250. Dalam satu hari, mereka menjual sampai 30 porsi dan 60 porsi di akhir pekan,(-)
Saat pertama kali dibuka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250. Dalam satu hari, mereka menjual sampai 30 porsi dan 60 porsi di akhir pekan,(-) ()

Eko Supriyanto, anak pertama Tumini dan Suparman bercerita perjuangan keluarganya merintis mi ayam. 

Pada tahun 1989, Suparman menyewakan beberapa gerobak mi ayam kepada kepada para pedagang keliling di kawasan Kota Gede.

Satu gerobak dipatok harga Rp 500 per hari.

Suparman sendiri piawai membuat mi yang dipelajari dari salah satu saudaranya di Cirebon, Jawa Barat.

Suparman dan Tumini pun menyuplai mi basah untuk pedagang keliling yang menyewa gerobaknya.

Setelah mendapatkan modal dari menyewakan gerobak, pasangan suami istri yang memiliki 5 anak tersebut membuka usaha mi ayam di utara pintu masuk Terminal Giwangan pada tahun 1990.

Lokasi tersebut sampai saat ini masih digunakan untuk berjualan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved