Inspirasi dari Solo
Bisa Raup Rp 1,3 Juta/Hari, Ini Penghasilan Bakul Sayur Keliling yang Baru Wisuda di UTP Surakarta
Penghasilan Amirudin menjadi penjual atau bakul sayur keliling yang baru di wisuda di UTP Surakarta tak bisa dianggap remeh.
Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Asep Abdullah Rowi
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Penghasilan Amirudin menjadi penjual atau bakul sayur keliling yang baru di wisuda di Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta tidak bisa dianggap remeh.
Setiap hari lulusan sarjana (S1) Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu, meraup penghasilan lumayan.
Bahkan bisa dibilang melebihi dari upah minimum kota/kabupaten (UMK) 2020 Karanganyar yang hanya sebesar Rp 1,9 juta.
"Kalau satu bronjong sayur di motor habis bisa dapat Rp 1,3 juta, tetapi laba bersih untuk bayar kuliah dan macam-macam bisa kantongi Rp 70-120 ribu per hari," ujar dia usai wisuda di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Sabtu (29/2/2020).
Bayangkan saja jika setiap hari mendapatkan laba bersih Rp 100 ribu, paling tidak setiap bulan mengantongi Rp 3 juta.
• Pernah Diejek Jadi Bakul Sayur Keliling, Ini Cerita Amirudin yang Baru Lulus Kuliah di UTP Surakarta
Apalagi dia berjualan sama seperti buruh pada umumnya sekitar 8 jam setiap hari.
"Tapi ya tetap harus di-manage dengan baik," aku dia.
"Kan kebutuhan banyak, kadang buat jagong (nikahan) bantu orang tua juga, termasuk bayar SPP Rp 4,3 juta per semester," ungkapnya.
Mengingat setiap semester Amir mengaku harus membayar sendiri segala administrasi di kampusnya sebesar Rp 4,3 juta.
Pemuda 28 tahun dari RT 02 RW 04 Desa Wukirsawit, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar itu mengungkapkan, jika jualan sayur keliling sebenarnya sudah dilakukan sejak 2009.
• Kisah Bakul Sayur Keliling Jadi Sarjana di UTP Solo, Datang ke Wisuda Bawa Bronjong yang Buat Jualan
Yakni saat dia masih berusia 17 tahun.
"SMA saya mengambil paket C, kemudian setelah lulus setara SMA saya berhenti 2 tahun untuk kemudian yakin melanjutkan S1," jelasnya.
"Lantas saya pilih STP Surakarta yang ada kuliah sore dan malam, sehingga pagi sampai siang masih bisa jualan sayur keliling," harap dia membeberkan.
Viral dan Pernah Diejak
Sebelumnya, ada kisah menginspirasi dalam prosesi 'sakral' wisuda di Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta kali ini dan bisa dibilang sangat berbeda, Sabtu (29/2/2020).
Ya, ada satu-satunya wisudawan yang berangkat ke tempat wisuda di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar itu sembari membawa bronjong di sepeda motornya yang berisi sayur-mayur.
Dia adalah Amirudin, wisudawan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) angkatan 2014.
Aksinya membawa bronjong sayur dan memakai toga sembari menunjukkan tulisan 'Senadyan Balungan Kere, Alhamdulillah Iso Podo Kancane' pun viral di mana-mana.
• Cerita Dibalik Viral Mahasiswi UI Dapat Kado Saham dari Gebetan di Hari Wisudanya
Pemuda kelahiran 8 September 1992 dari keluarga pas-pasan itu, ternyata memang penjual atau bakul sayuran keliling sungguhan.
Selama memasuki dunia yang sebelumnya asing baginya di perguruan tinggi, putra pasangan Suwarno (55) dan Warsi (40) itu ternyata pernah mengalami hal yang cukup 'menyakitkan' hati.
"Respon teman-teman banyak yang mendukung sebenarnya, ya kasih semangat," ungkap dia usai wisuda di GOR UTP Kampus III di Desa Plesungan, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar.
"Tapi dulu banyak juga yang mengejek, ngopo wong ndeso kuliah barang, nyambet gawe ki go rabi wae (kenapa orang desa kuliah segala, kerja itu buat nikah)," kenangnya.
• Kalahkan Anak Orang Kaya, Si Anak Pemulung Jadi Wisudawan Terbaik, Sekeluarga Makan Makanan Sisa
Namun pemuda yang gemar naik gunung itu mengaku ejekan orang lain justru menjadi pelecut semangat mendapatkan gelar sarjana yang diidam-idamkan oleh setiap anak muda.
Apalagi dia harus menunggu dua tahun agar bisa berkuliah, karena sempat berpikir panjang apakah bisa merengkuh sarjana atau tidak.
"Saya jawab santai saja, duit kui bakal entek, tapi ilmu pastine bermanfaat (uang itu bakal habis, tapi ilmu pasti bermanfaat)," jelasnya.
Dia mengaku tidak pernah gengsi menginjakkan kaki di lingkungan perkuliahan, meskipun setiap hari harus berjualan sayur kililing menggunakan sepeda motor ber-bronjong dari desa ke desa. (*)