Virus Corona
Physical Distancing di Tengah Pandemi Covid-19 Ternyata Bermanfaat Baik untuk Paru-paru
Setidaknya dengan berkurangnya aktivitas di luar, maka kapasitas untuk menghidup udara jalanan dan polusi menurun.
TRIBUNSOLO.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencanangkan istilah physical distancing atau melakukan jarak fisik, setelah sebelumnya di Indonesia lebih populer istilah social distancing.
Diberitakan Tribunnews sebelumnya, WHO melakukan ini guna menegaskan pada masyarakat agar bersedia berdiam diri di rumah.
Tujuannya tentu untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
“Tapi yang ingin saya tekankan di sini adalah jarak fisik. Mengapa saya mengatakan itu adalah karena beberapa orang yang berada di karantina memerlukan interaksi sosial. Sekarang mudah melalui media sosial."
"Menurut definisi, interaksi sosial dapat dilakukan menggunakan media sosial. Jadi yang kami maksud di sini adalah jarak fisik,” kata Dr Rui Paulo de Jesus, Perwakilan WHO di Bhutan.
• dr Tirta Tumbang Usai Aktif Aksi Sosial Perangi Corona, Kini Masuk Rumah Sakit dan Jadi PDP Covid-19
• Kisah Pasangan Lansia di Singapura Menikah di Tengah Pandemi Corona: Kami Sama-sama Sudah Siap
Sudah beberapa pekanini, Indonesia menerapkan sosial distancing.
Tapi beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo pun juga sudah mendeklarasikan istilah baru untuk mengurangi kegiatan fisik.
Setidaknya dengan berkurangnya aktivitas di luar, maka kapasitas untuk menghidup udara jalanan dan polusi menurun.
Melansir New York Times, menghirup udara tercemar mungkin beresiko lebih tinggi terjangkit Covid-19 bahkan bisa jatuh ke kondisi kritis.
Alasannya ada dua, yakni polusi udara dapat menyebabkan atau memperburuk penyakit pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis.

Penyakit-penyakit ini akan membuat tubuh lebih rentan pada efek terburuk infeksi yang menyerang saluran pernapasan atau paru-paru.
Kedua, paparan polusi udara bisa meningkatkan kemungkinan tertular virus di tempat pertama.
Kemungkinan ini terlepas dari kondisi kesehatan yang mendasarinya.
"Meningkatnya polusi meningkatkan kerentanan terhadap infeksi," kata Dr. Meredith McCormack, juru bicara Asosiasi Paru-paru Amerika atau (American Lung Association and associate professor of pulmonary and critical care) di Universitas Jonh Hopkins.
"Semua hal sama, seseorang yang terpapar polusi udara kemungkinan akan memiliki hasil yang lebih buruk jika mereka terpapar coronavirus."
• Hadapi Pandemi Corona, Pengamat Kritik Pengusaha Transportasi Online Tak Perhatikan Driver Mereka