Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo KLB Corona

Videonya Viral di WA : Pulang dari Jakarta, Ibu-ibu asal Solo Ngamuk Tak Mau Didata Satgas Covid-19

Para petugas yang terdiri dari Babinsa, Bhabinkantibmas, dan Satlinmas dibentak pemudik tersebut saat tiba di rumahnya.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
TribunSolo.com/Istimewa
Warga Solo yang mudik dari Jakarta, marah-marah saat didatangi petugas untuk didata terkait Covid-19, Sabtu (4/4/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kota Solo menerapkan kebijakan ketat untuk menyaring pendatang yang masuk ke Solo, terlebih mereka yang baru saja datang dari zona merah, seperti Jakarta.

Ramai Video Pemudik dari Jakarta Marahi Petugas Pendataan Covid-19 di Solo, Ini Kronologinya

Tapi, tak semua warga mau memahami aturan yang dibuat oleh Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo itu.

Sebuah video yang belakangan viral di WhatsApp, menjadi satu contohnya.

Seorang ibu-ibu tang tinggal di Laweyan, Solo, marah-marah saat dikunjungi petugas Satgas Covid-19.

Ibu tersebut baru saja datang dari Jakarta.

Para petugas yang terdiri dari Babinsa, Bhabinkantibmas, dan Satlinmas dibentak pemudik tersebut saat tiba di rumahnya.

Padahal, kunjungan mereka dalam rangka pendataan pemudik yang datang ke Solo, termasuk dari Zona Merah yakni Jakarta.

UPDATE Corona di Indonesia 5 April 2020: Pasien Covid-19 yang Meninggal Ada 198 Orang

UPDATE Corona di Indonesia 5 April 2020: Ada 2.273 Orang Positif Covid-19, Bertambah 181 Orang

Lurah Sondakan, Prasetyo Utomo menjelaskan, video yang viral tersebut.

Prasetyo menceritakan, pemudik tiba ke rumahnya yang berada di Kelurahan Sondakan sekira tanggal 28 Maret 2020.

Seusai protokoler kesehatan, pemudik yang tiba di Solo wajib melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

"Ada laporan warga kalau ada yang datang dari Jakarta," tutur dia.

"Terus, kalau ada laporan begitu memang kita memiliki kewajiban menindaklanjuti, kemudian kita data," imbuhnya membeberkan.

Pendataan dilakukan pada 30 Maret 2020 dengan melibatkan Babinsa, Bhabinkantibmas, dan Satlinmas Kelurahan Sondakan.

Lihat videonya :

Minta Maaf

Ia mengatakan, kejadian tersebut terjadi lantaran adanya kesalah pahaman antara petugas pendataan dan pemudik.

"Masalah sudah selesai, hanya kesalahpahaman, hari ini beliau sudah menyatakan permintaan maaf, hanya kesalahpahaman saja, protabnya sudah dilalui," jelas Prasetyo, Minggu (5/4/2020).

"Mereka sebetulnya sudah melakukan skrinning kesehatan, cuma mungkin karena kesalahpahaman," kata dia.

"Ketika kita datang, mereka juga merasa terganggu dengan aturan protab yang sudah ditentukan," tambahnya.

Proses mediasi telah dilakukan antara keluarga pemudik, pihak Kelurahan Sondakan, dan tim pendataan.

Proses dilakukan di Kantor Kelurahan Sondakan, Minggu (5/4/2020).

"Tadi siang kita mediasi antara warga, Babinsa, Bhabinkamtibnas, Lurah, Danton Linmas, ada pak RT, pak RW, dan dari pemuda, intinya mengklarifikasi kejadian kemarin," jelas Prasetyo.

"Yang bersangkutan meminta maaf pada warga sekitar dan tim dari kelurahan," imbuhnya.

Prasetyo mengatakan, ibu-ibu tersebut juga telah menyatakan bersedia menjalani karantina mandiri di rumahnya selama 14 hari.

"Sudah dilakukan karantina dan tidak keluar-keluar juga," kata Prasetyo.

"Kalau nanti 14 hari tidak menemukan gejala Covid-19, warga sudah bisa melakukan aktivitas sehari-hari," tandasnya.

Dimarahi Wali Kota

Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo meminta pemudik yang tiba di wilayahnya untuk kooperatif dengan petugas pendataan corona atau Covid-19.

Hal itu menanggapi adanya video yang menayangkan pemudik perempuan yang datang dari Jakarta marah-marah kepada petugas pendataan saat mendatangi rumahnya.

"Saya berharap masyarakat jangan mentang-mentang, kita punya tujuan yang mulai untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona," ucap dia, Minggu (5/4/2020).

"Petugas yang disana jangan dibentak-bentak, petugas yang di sana tidak dapat gaji, makan ya pakai uang mereka sendiri mohon untuk dihargai, menghargai sesama itu perbuatan mulia," imbuhnya membeberkan.

Rudy mengaku sudah mengetahui kejadian pemudik yang menolak untuk didata petugas.

Orang nomor satu di Solo itu langsung menelpon suami pemudik tersebut.

"Suaminya saya telepon, saya minta wong sugih kok rumongso merendahkan mereka yang datang, mereka itu punya tujuan memotong mata rantai penyebaran virus, ini bukan perosalan rumahku dewe atau apa," tutur Rudy.

"Petugas mau mendata terkait pernyataan kesanggupan melakukan karantina mandiri gitu aja, mentang-mentang kayak begitu, tadi suaminya sudah saya telepon," kata Rudy.

Rudy sudah meminta pemudik untuk meminta maaf kepada petugas pendataan yang sempat kena amuknya.

"Saya suruh minta maaf ke kelurahan, TNI-Polri, saya suruh minta maaf ke kelurahan kalau tidak mau diatur di Solo jangan di Solo," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved