Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Viral Tinggal di Becak Solo

Kisah Pilu Sekeluarga Ada Balitanya Tinggal di Becak, Hidup Menggelandang Usai di PHK Akibat Corona

Di atas becak tampak penuh dengan isi barang, mulai dari tumpukan baju di dalam tas, perkakas kecil hingga bantal.

Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Ilham Oktafian
Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Imbas pandemi Corona yang sudah dua bulan ini menyasar siapa saja, di antaranya keluarga Dul Rohmat (30), perantauan asal Kabupaten Grobogan di Kota Solo. 

Ya, bersama keluarga kecilnya istri Isma (31), adiknya Lis (22) dan anak balitanya, Dafa (13 bulan) terpaksa tinggal di atas sebuah becak.

Di atas becak tampak penuh dengan isi barang, mulai dari tumpukan baju di dalam tas, perkakas kecil hingga bantal.

Dul Rohmat sapaan akrabnya, mengisahkan perjalanan kehidupan yang teramat keras akhir-akhir ini selama 4 tahun menjadi perantau.

Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adisucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).
Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020). (TribunSolo.com/Ilham Oktafian)

Karena pandemi Corona telah membuatnya harus 'angkat kaki' dari indekosnya karena sungkan tidak bisa membayarnya.

"Ini keluarga saya, ya beginilah keadaannya," kata dia ditemui TribunSolo.com, saat tengah berada di kawasan Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).

Dul Rohmat adalah satu dari sekian orang miskin baru yang muncul semenjak pandemi Corona.

Kesaksian Pria Jual Ginjal Klaten Kecewa Tak Bisa Temui Ganjar Padahal Sudah Jalan Kaki ke Semarang

Pria yang Tawarkan Ginjalnya Warga Ngering Klaten, Kini Dijemput karena Nekat Temui Gubernur Ganjar

Ia yang mulanya berprofesi jadi kuli bangunan yang cukup menjanjikan karena bisa menghidupi istri dan dua buah hatinya meskipun masih ngontrak di indekos di kawasan Jagalan, Kecamatan Jebres.

Saat Corona datang hingga dua bulan ini, nasib tak jelas dengan kehidupan tak menentu, bahkan mau makan juga sulit.

"Dulu saya kuli bangunan di Solo Baru," ungkapnya.

"Semenjak ada musibah ini saya kena PHK dan tidak punya penghasilan lagi," jelas dia membeberkan.

Lebih lanjut dia mengaku, hampir 2 bulan setelah tak berpenghasilan, ia tak mampu lagi membayar sewa bulanan kos.

Roda nasib berubah begitu cepat, ia dan keluarganya itu harus tetap hidup di tengah situasi sulit.

Ia memutar akal, karena tak lagi bisa bayar sewa kos, ia menggelandang dan menyusuri jalan besar di Kota Solo.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved