Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Solo KLB Corona

Masih Pandemi, Pengamat Transportasi Saran Masyarakat Tidak Alergi Angkutan Umum, Ini Penjelasannya

Pengamat Transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), DJoko Setijowarno pun prihatin.

Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
Tribunnews/Herudin
ILUSTRASI ANGKUTAN UMUM : Suasana penumpang di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, Rabu (22/4/2020). Awak bus dan karyawan perusahaan bus resah dengan kebijakan pemerintah melarang mudik yang berlaku mulai tanggal 24 April 2020 karena akan menghilangkan mata pencaharian mereka dan meminta kompensasi selama tidak bekerja. 

Kota Solo menjadi salah satu yang menerapkan prinsip tersebut melalui Batik Solo Trans (BST).

Tercatat ada di kota-kota Batam, Bogor (Trasn Pakuan), Bandung (Trans Metro Bandung), Yogjakarta (Trans Yogya), Semarang (Trans Semarang), Palembang (Trans Musi), Pekanbaru (Trans Metro Pekanbaru) dan Bali (Trans Sarbagita).

Untuk menerapkan konsep tersebut, memang perlu anggaran yang kuat, terlebih keuangan pemda sedang kembang kempis untuk penanganan Covid-19.

Positif Corona Tembus 45 Kasus, Klaten Salip Solo yang Dicap Zona Merah, Nyaris 3 Besar di Solo Raya

Ragam Penyebab Sakit Perut yang Perlu Diwaspadai: Bisa Karena Keracunan hingga Usus Buntu

Djoko pun menyarankan Pemerintah Daerah maupun Kota untuk menggenjot sektor tertentu untuk pemasukan anggaran.

"Bisa melibatkan pihak lain, misalnya perusahaan-perusahaan besar, yang memiliki kemampuan untuk menyisihkan sebagian dana tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) pada bidang layanan angkutan umum," paparnya.

"Selain dari sumber tersebut, anggaran dapat diperoleh juga misalnya dengan penggunaan dana hasil pengelolaan perparkiran, dan sebagainya yang tentunya harus bersifat akuntabel," bebernya.

Jika konsep tersebut diterapkan di berbagai kota, Djoko menggarisbawahi jika konsep BTS harus seiring dengan protokol kesehatan yang mumpuni.

Hal tersebut menjadi penting agar moda transportasi umum kembali diminati masyarakat meski saat pandemi sekalipun.

"Supaya timbul kepercayaan pada masyarakat, bahwa sarana transportasi umum yang digunakan tidak hanya aman, nyaman dan selamat saja," ungkapnya.

"Namun sarana transportasi umum itu harus juga higienis, yakni sehat dan bersih, bertransportasi umum yang higienis (sehat dan bersih) adalah pilihan tepat bermobilitas di masa pandemi Covid-19," tutupnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved