Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sapardi Djoko Damono Meninggal

Kisah Sapardi Djoko Damono : Sang Raja Puisi dari SMA 2 Solo, Jadi Juara Sekolah Sudah Biasa

Kisah Sapardi Djoko Damono : Sang Raja Puisi dari SMA 2 Solo, Jadi Juara Sekolah Sudah Biasa

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Aji Bramastra
Gramedia
Sapardi Djoko Damono 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Dunia sastra Indonesia berduka dan kehilangan sosok sastrawan besar angkatan 66, Sapardi Djoko Damono.

Penulis puisi Hujan Bulan Juni itu menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tangerang Selatan sekira pukul 09.17 WIB. 

Kabar Duka, Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia Setelah Berjuang Melawan Penyakitnya

Unggahan Terakhir Alm. Sapardi Djoko Damono : Ceritakan Tentang Tulisan yang Tengah Digarap

Ia wafat seusai berjuang melawan penyakit yang dideranya beberapa bulan terakhir ini. 

Meski raganya tak lagi ada, kenangan yang dirakitnya sepanjang hidupnya masih membekas di benak keluarga Sapardi. 

Tak terkecuali, Keponakan Sapardi, Dina Ermawati (50) yang saat ini tinggal di Kota Solo. 

Ayah Dina, merupakan adik Sapardi.

"Beliau dengan bapak saya itu kakak-adik, hanya 2 bersaudara,"

"Kata bapak saya, beliau merupakan sosok yang mengagumkan," tutur Dina.  

Dina mengungkapkan, Sapardi menghabiskan masa kecilnya di Kota Bengawan hingga tamat SMA.

Sapardi lahir 20 Maret 1940 di Kampung Baturono, Solo. 

Sapardi kecil pun sempat berpindah-pindah tempat tinggal mulai dari daerah Baturono, Kecamatan Pasar Kliwon hingga Komplang, Kecamatan Banjarsari. 

Ia merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sadyoko dan Sapariah. 

"Sejak kecil di Solo sampai SMA, beliau alumnus SMA Negeri 2 Solo," kata Dina, Minggu (19/7/2020).

Sapardi kecil, lanjut Dina, merupakan sosok yang sering merengkuh juara semasa sekolah. 

"Beliau itu rajin, pintar, serius, saat sekolah selalu juara," tambahnya. 

Menurut Dina, berdasarkan cerita ayahnya, Sapardi sudah menulis puisi sejak di SMA.

Meski demikian, saat di SMA, ia sempat mengawali masa sejumlah tulisannya ditolak oleh penerbit buku. 

Dituturkan Dina, Sapardi selalu dijadikan panutan bapaknya untuk menyemangati anak-anaknya supaya rajin belajar.

"Pakde itu senang membaca, beliau selalu menginspirasi, memotivasi cucu-cucunya agar senang baca seperti," tutur dia. 

"Sejak kecil di mata kami, beliau sangat menginspirasi," imbuhnya.

Dina mengungkapkan Sapardi merupakan sosok yang lucu di mata keluarganya. 

"Sosoknya itu hangat, menyenangkan, gak pendiam, lucu," ungkapnya. 

Dina mengaku selalu merasa bangga saat nama Sapardi muncul dalam pelajaran Bahasa Indonesia. 

"Kita juga waktu SMA kalau ada pelajaran bahasa Indonesia pasti ada sastrawan namanya Sapardi Djoko Damono," aku dia. 

"Itu kita seneng, sempat bilang, itu Pakde saya," tandasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved