Pilkada Solo 2020
Alasan 2 Pengurus PAN Solo Mengundurkan Diri : Proses Penetapan Dukungan ke Gibran Tidak Demokratis
Mereka yakni Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPD PAN Kota Solo, Siti Nur Zulaikha dan Wakil Ketua Bidang Pengkaderan DPD PAN Kota Solo.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Internal Partai Amanat Nasional (PAN) saat ini tengah diguncang 'prahara' lantaran dua pengurus struktural partai mengundurkan diri.
Mereka yakni Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPD PAN Kota Solo, Siti Nur Zulaikha dan Wakil Ketua Bidang Pengkaderan DPD PAN Kota Solo, Putri Listyandari R.
Putri mengungkapkan pengunduran dirinya dan Zulaikha lantaran proses penetapan dukungan untuk pasangan Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa tidak demokratis dan otoriter.
"Prosesnya itu otoriter sekali tidak ada proses demokrasi yang baik dan maksimal," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Sabtu (15/8/2020).
• Senada dengan Gerindra, PAN Bakal Pecat Kader yang Tak Patuh Intruksi Zulkifli Hasan di Pilkada Solo
• Usul Sebagai Tuan Rumah Grup Kompetisi Liga 2, Persis Solo Ogah Jika Hanya Ditunjuk Jadi Panpel Saja
Kader akar rumput, lanjut Putri, tidak mendapat sosialisasi terkait bakal calon yang akan diusung atau didukung partai besutan Zulkifli Hasan dalam Pilkada Solo 2020.
Suara kader pun tidak mendapat tempat yang lebih sebelum akhirnya surat rekomendasi PAN turun.
"Dulu mekanismenya, kader akar rumput dilibatkan, pengurus struktural sosialisasi ke kader akar rumput PAN," tutur Putri.
"Kader akar rumput menyetujui kemudian dibawa ke DPD, DPD lalu merapatkan, hasil rapat DPD dibawa ke DPW di tingkat provinsi lalu dibawa ke DPP kemudian DPP mengiyakan," tambahnya.
Menurut Putri, kader akar rumput tidak dilibatkan dalam penentuan dukungan ke Gibran-Teguh.
"Tapi ini tidak, dari awal direkomendasi DPP, dipaksa menerima tanpa ada pembicaraan," ujar dia.
"Saya sendiri sebenarnya ada di desk pilkada DPD PAN Solo, tidak pernah ada pembicaraan antara DPD dan desk pilkada tentang nama calon dan sebagainya. Itu tidak ada," tekannya.
Terlebih lagi, Putri mengatakan PAN disebut-sebut sudah tidak mengadakan rapat selama kurang lebih 6 bulan.
"Rapat terakhir itu 3 minggu yang lalu sebelum itu sudah tidak ada rapat selama 6 bulan," katanya.
Rapat awal itu mulai dihelat dua hari pasca konferensi pers yang menyatakan PAN mendukung Gibran-Teguh, Jumat (17/7/2020).
Disamping itu, Putri juga mengaku terkaget-kaget dengan adanya konferensi pers tersebut.
Adapun dalam konferensi pers itu dihadiri sejumlah struktural PAN, sebut saja Ketua DPD PAN Kota Solo, Achmad Sapari dan Sekretaris DPW PAN Jawa Tengah, Umar Hasyim.
• Lapang Dada, Ayah Korban Bully di Alkid Solo Maafkan Para ABG yang Menampar Anaknya hingga Menangis
• Ogah Dukung Gibran, 2 Pengurus PAN Solo Mundur, Sempat Beredar Kabar Tak Boleh Masuk Kantor Partai
"Konferensi pers berlangsung tanpa mekanisme rapat harian, tanpa mekanisme rapat di desk Pilkada PAN Solo," aku dia.
"Saya sempat kaget melihat di media ada konferensi pers, di pengurus harian DPD sebagai penentu kebijakan tertinggi pun tidak tahu," tambahnya.
Pasca dua hari konferensi pers, DPD PAN Kota Solo baru mengadakan rapat internal partai.
"Dua hari setelah konferensi pers, baru rapat DPD, itu tidak ada fungsinya, sudah ditetapkan, kita semua harus nurut dengan ketetapan itu," terang Putri.
Putri mengatakan puncak akumulasi permasalahan terlimpahkan dalam rapat pleno membahas penetapan bakal calon wali kota dan wakil wali kota di Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, Minggu (9/8/2020).
Adapun Gibran-Teguh datang langsung di rapat pleno itu.
"Ketika mas Gibran dan pak Teguh datang cuma mengenalkan diri tidak ada penyampaian visi-misi dan program kerja," kata dia.
"Tapi hari itu juga, DPW itu harus menetapkan beliau berdua sebagai calon wali kota dan akan dibawa PAN ke DPP," tambahnya.
Putri menilai proses tersebut terasa janggal dan aneh mengingat desk Pilkada maupun kader akar rumputpun tidak dilibatkan di dalamnya.
"Ini aneh, menurut saya harusnya penyampaian visi misi juga dari calon lain, kita harus menilai calon lain, tapi ini tidak ada proses itu," ujarnya.
Putri sempat ingin menanyakan perihal visi-misi dan program kerja pasangan Gibran-Teguh setelah pembawa acara memperbolehkan.
Namun, usahanya tanggal lantaran langsung dipotong dan tidak diperbolehkan bertanya.
"Waktu di Kusuma Sahid Prince Hotel, sempat MC-nya memberikan kesempatan untuk bertanya, saya lantas mengacungkan tangan," kata Putri.
"Saya menanyakan visi-misi dan program kerja ternyata langsung di-cut, tidak ada tanya jawab," papar dia.
"Mas Gibran dan pak Teguh lalu diajak keluar dan dilanjut rapat pleno langsung penetapan dari DPW yang akan dibawa ke DPP," tandasnya. (*)