Viral
Kisah Perjuangan Ayah Kayuh Sepeda 105 KM demi Anak Ikut Ujian Sekolah, Tak Punya Uang buat Naik Bus
Tak memiliki uang dan sepeda motor, pria di India kayuh sepeda selama 7 jam demi anaknya ikut ujian sekolah. Kisahnya viral dan membuat terharu.
Penulis: Hanang Yuwono | Editor: Rifatun Nadhiroh
TRIBUNSOLO.COM -- Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tak dipungkiri semakin membuat susah masyarakat kelas menengah ke bawah.
Bahkan untuk bertahan hidup sehari-hari saja dirasa sulit bagi sebagian orang.
Salah satu orang di dunia yang merasakan kesulitan akibat pandemi ini adalah Shobharam.
• Hotman Paris Ungkap Sosok Ibunya, Teringat saat Kecil Diberi Lauk Ikan Mujair agar Pintar di Sekolah
• Bocah 6 Tahun yang Ikut Dibunuh di Baki Sukoharjo Rindu Sekolah : Anaknya Pintar dan Temannya Banyak
Meski hidup susah akibat pandemi Covid-19, Sobharam tetap mengutamakan pendidikan anaknya.
Ia rela melakukan apa saja agar anaknya bisa mengubah nasib dengan bersekolah setinggi-tingginya.
Sobharam adalah warga distrik Dhar Madhya Pradesh, India.
Ia sehari-hari bekerja sebagai buruh di desa Baidipura
Belakangan, kisah Sobharam yang membawa putranya, Ashish ke lokasi ujian berjarak 105 kilometer viral dan mengundang banyak perhatian dunia.
Bagaimana tidak? Sobharam rela menempuh perjalanan sekitar tujuh jam untuk sampai ke lokasi ujian anaknya.
Pria 30 tahun itu mengaku ia tak mengenyam pendidikan sekolah, tetapi anaknya harus lebih sukses darinya.
Video ayah pekerja keras ini, yang mengerahkan segala upaya untuk memastikan masa depan cerah bagi putranya, menjadi viral di media sosial.
"Tidak ada sarana transportasi, termasuk bus, yang tersedia karena situasi virus Corona."
"Tetapi jika saya melewatkan kesempatan ujian anak, maka satu tahun pendidikan anak saya akan sia-sia. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengantarnya ujian meskipun naik sepeda," ujar Sobharam.
Sobharam juga mengatakan ia tidak memiliki sepeda motor atau sedikit uang untuk menyewanya.
"Lagipula, kami tidak punya uang atau bahkan sepeda motor. Tidak ada yang membantu. Tetapi demi anak saya, saya tetap akan membawanya dari Dhar untuk mengikuti ujian," tegas dia.
Lantaran membawa uang saku yang mini, Shobharam juga membawa alas tidur.
Ia merasa orang sepertinya jelas tidak mampu untuk tinggal di hotel.
Sementara itu, putra Shobhram, Ashish menyebut tekadnya untuk ikut ujian semakin kuat
"Saya sedang belajar di kelas 10 dan saya datang ke sini dengan bersepeda bersama ayah saya demi ikut ujian," tukas Ashish.
Viralnya kisah Shobhram dan Ashish ini membuat sejumlah publik figur berniat memberi bantuan.
Kisah Serupa di Indonesia: Cerita Buruh Bangunan Demi Anak Sekolah : Saya Beli HP Berutang, Kalau Tidak, Anak Tak Bisa Belajar
Pandemi Covid-19 hingga kini belum juga berakhir.
Sekor pendidikan menjadi salah satu yang terdampak.
• Persaingan Kerja Semikin Ketat, Simak 4 Skill yang Dibutuhkan di Dunia Kerja Setelah Pandemi Corona
Seperti yang dialami warga Manggarai Timur, NTT.
Meski dalam kondisi perekonomian terbatas, warga Manggarai Timur, NTT Thomas Roma (44) tetap mengupayakan pendidikan bagi anak-anaknya.
Pandemi yang mengharusnya dua anak Roma belajar dengan sistem daring, membuat Roma terpaksa berutang untuk membeli ponsel.
Padahal Roma hanyalah buruh bangunan dengan penghasilan tak tetap.
Apalagi semenjak pandemi dirinya tak lagi bisa bekerja.
"Tuntutan sekolah belajar dari rumah, sehingga saya sebagai orangtua beli handphone dengan berutang," ujar dia.
"Kalau tidak ada handphone android maka mereka tidak bisa belajar online serta mengerjakan soal yang diberikan guru dari sekolah," kata dia, Kamis (20/8/2020).
Berutang untuk beli HP, pikirkan kuota dan ongkos ojek

Dua anak Roma kini masing-masing duduk di kelas III dan II SMAK Pancasila.
Untuk keperluan pendidikan daring mereka selama pandemi, Thomas harus berutang untuk membeli ponsel.
Sebab, sebagai buruh penghasilannya hanya Rp 500.000 per bulan.
Apalagi, sejak Maret 2020, ia tak dapat bekerja lantaran pandemi.
Namun ternyata, masalah belum selesai. Roma masih harus memikirkan membeli pulsa internet.
Selain itu, anak-anaknya masih harus mencari sinyal sampai ke perbukitan dengan jarak 4 kilometer dengan mengendarai ojek.
Untuk biaya pulang pergi ojek, Roma harus mengeluarkan Rp 40.000.
"Selama lockdown dan belajar dari rumah, biaya Rp 40.000 sewa ojek tiap hari untuk belajar online di tempat yang ada sinyal. Beli pulsa di Kota Waelengga. Naik ojek dari Kampung Gurung ke Kota Waelengga dengan biaya Rp 25.000, pergi pulang Rp 50.000," ujar Roma.
"Untuk dua orang anak saya bayar ojek Rp 100.000; untuk beli pulsa internet, beti ulu (sakit kepala) memikirkan uang serta mengatur pengeluaran dengan pendapatan yang tak menentu," katanya.
• Sosok Satu Keluarga yang Tewas Dibunuh Sadis di Baki Sukoharjo, Tokoh Desa : Korban Sosialnya Tinggi
Apalagi, kampung mereka belum dialiri listrik.
"Keadaan ini juga memacu anak-anak saya belajar dalam kondisi serba terbatas. Indonesia sudah usia 75 tahun, tetapi penerangan listrik belum masuk di Desa Gunung. Entah sampai kapan kondisi seperti ini," jelas dia.
Menurut Kepala SMAK Pancasila Borong Hermenegildus Sanusi, salah satu anak Roma telah mendapatkan beasiswa.
Hal itu diharapkan meringankan beban ekonomi keluarga Roma.
"Hari ini saya datang bertemu orangtuanya di Kampung Gurung untuk melihat kondisi keluarga ini dan mendengarkan kisah perjuangan untuk menyekolahkan anak-anak di masa pandemi Covid-19 ini. Saya sudah mendengarkan kisah orangtuanya," ujar Hermenegildus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebagai Orangtua, Saya Beli HP dengan Berutang, Kalau Tidak, Anak Tak Bisa Belajar"