Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Pilkada Wonogiri 2020

Demi Gunakan Kata "Nyawiji" dalam Slogan Kampanye, Dua Paslon di Pilkada Wonogiri 2020 Adu Argumen

Kata "nyawiji" yang akan digunakan didalam APK Paslon di Pilkada Wonogiri 2020 diwarnai perdebatan oleh kedua paslon.

Editor: Agil Trisetiawan
Foto Istimewa/via https://apahabar.com
Pilkada 2020 - KPU 

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Kata "nyawiji" yang akan digunakan didalam APK Paslon di Pilkada Wonogiri 2020 diwarnai perdebatan oleh kedua paslon.

Paslon nomor urut dua, Joko Sutopo-Setyo Sukarno (JOSSS) menilai, kata "nyawiji" sudah menjadi branding mereka sejak lama.

Sehingga tidak etis bila ada paslon lain yang menggunakan slogan tersebut.

Sementara paslon nomor urut satu, Hartanto-Joko Purnomo (Harjo) menyebut, kata "nyawiji" bisa digunakan siapa saja karena belum ada yang mempatenkannya.

Akibatnya, acara deklarasi kampanye damai Pilkada Wonogiri yang semestinya diikrarkan dan ditandatangani seluruh pasangan calon gagal dilaksanakan di kantor KPU Wonogiri, Sabtu (26/9/2020).

Acara deklarasi itu semestinya mulai pukul 10.00 WIB.

Namun gagal dilaksanakan, karena masing-masing paslon dan tim kampanye bersikukuh dengan argumennya terkait penggunaan kata "nyawiji" di APK.

Persoalan itu dipicu lantaran tidak adanya kesepakatan antara dua tim kampanye terkait penggunaan kata "nyawiji" (bersatu) yang akan dicetak dalam alat peraga kampanye masing-masing paslon.

Padahal KPU Wonogiri sudah menyiapkan rangkaian acara deklarasi dengan menabuh kendang hingga penandatanganan kesepakatan kampanye damai.

Karena tak ada titik temu, Ketua KPU Toto Sihsetyo Adi akhirnya menutup acara itu dengan doa bersama dan menyatakan kampanye Pilkada Wonogiri sudah dimulai hari ini hingga 5 Desember 2020.

Ketua Tim Kampanye paslon nomor urut 2, JOSSS, Sriyono mengatakan, kata "nyawiji" merupakan branding yang sudah dibangun lama oleh Joko Sutopo (Jekek).

Setahu dia, slogan paslon Harjo awalnya adalah Ngabekti Wonogiri Mukti.

Tetapi justru sekarang muncul kata-kata "Nyawiji Milih Nomor Siji".

"Kekhawatiran kami karena saat ini fase menanamkan pilihan kepada warga, sehingga bisa terjadi kerancuan di publik karena kata 'nyawiji' sudah menjadi branding paslon JOSSS," kata Sriyono.

Menurut Sriyono, kata "nyawiji" sudah melekat pada Jekek dan muncul melalui pemikiran yang panjang.

Semestinya, kata dia, bila bicara politik, paslon lain harus menggunakan etika yang harus dijaga bersama.

"Apalagi hari ini berangkat dari pemilu yang damai." katanya.

"Dalam konteks ini hati kami tidak damai karena ada upaya dari paslon lain yang mengambil tagline JOSSS, yakni kata 'nyawiji'," jelasnya.

Sriyono mengatakan, KPU sudah memfasilitasi dengan menghadirkan paslon dan tim kampanye.

Namun gagal mencapai kesepakatan.

Ia menambahkan, bila tidak ada kesepakatan, maka masalah itu akan masuk ranah sengketa di Bawaslu setelah ada keputusan dari KPU Wonogiri.

Sementara itu, calon bupati dari paslon JOSSS, Joko Sutopo mengatakan, kata "nyawiji" terdapat dalam visi dan misinya sebagai calon kepala daerah.

Dengan demikian, kata Joko, "nyawiji" sudah menjadi simbol paslon JOSSS.

"Kata-kata itu muncul dengan pengkajian dan perenungan yang sudah dilakukan jauh hari sebelum tahapan pilkada digelar hingga menjadi penanda atau identitas paslon JOSSS," kata Jekek.

Terkait kata nyawiji belum dipatenkan siapa pun, Jekek mengatakan, dari ratusan paslon yang bertarung di pilkada serentak, ia yakin tidak ada satu pun yang memiliki slogan yang sama.

Pasalnya mereka mengetahui etika berpolitik sehingga saling menghargai antar-paslon.

Jumlah Harta Kekayaan Hartanto-Joko Purnomo Sang Penantang Petahana Jekek di Pilkada Wonogiri 2020

Penetapan Calon Selesai, Pilkada Wonogiri 2020 Bakal Sajikan Laga Dua Pasangan Calon

Seruan Pilkada 2020 Ditunda, Bupati Wonogiri Jekek : Siapkan Langkah Antisipasi Penyebaran Covid-19

Gedung SPKT Terpadu Diresmikan, Kini Pelayanan SKCK di Polres Wonogiri Cuma 7 Menit

Tanggapan Paslon Harjo

Sementara itu, calon wakil bupati dari paslon Harjo, Joko Purnomo mengatakan, slogan "nyawiji" yang digunakannya berbeda dengan paslon JOSSS.

Ia meminta tagline yang diperdebatkan itu tidak dilihat dari kata per kata, tetapi harus satu rangkaian kalimat.

"Tidak ada yang sama, tagline kami satu kalimat rangkaian." kata Joko.

"Nanti kalau ada kata-kata dan dipersoalkan bagaimana," ungkap Joko.

Ia mengatakan, sebenarnya tinggal KPU yang memutuskan lantaran lembaga ini memiliki parameter obyektif yang diatur dalam undang-undang dan peraturan lainnya.

Untuk itu, paslon Harjo tetap menggunakan kata-kata "nyawiji" karena slogan itu sudah disodorkan ke KPU untuk materi pembuatan APK dan tidak ada penolakan dari KPU.

"Apakah nanti KPU mau berembuk lagi silakan, tapi menurut saya tidak ada yang perlu didiskusikan." ucap dia.

"Tinggal KPU yang memutuskan, nanti kalau orang berebut tentang kata, tidak akan selesai," jelas Joko.

Joko mengungkapkan, slogan yang diangkat Harjo merupakan filosofi orang Jawa, yakni saeyek seekokapti nyawiji milih nomer siji.

Artinya yang dipikirkan, yang diucapkan, dan yang dilakukan, harus menjadi satu.

Menyoal kata "nyawiji" sudah dipakai paslon JOSSS dahulu, Joko mengungkapkan tidak ada hak paten untuk istilah itu.

Paslon JOSSS menggunakan slogan "Go Nyawiji Bersama Jekek", sementara paslon Harjo menggunakan tagline "Nyawiji Seeoko Kapti".

Menurut Joko, masalah itu muncul sebagai akibat dari perbedaan pemahaman tentang slogan "nyawiji".

Ia yakin persoalan itu akan selesai dan ada titik temu. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Gegara Kata "Nyawiji", Deklarasi Kampanye Damai Pilkada Wonogiri Gagal", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2020/09/26/19510721/gegara-kata-nyawiji-deklarasi-kampanye-damai-pilkada-wonogiri-gagal?page=all#page2.
Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi
Editor : Farid Assifa

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved