Berita Solo Terbaru
Indonesia Diproyeksi Masuk Jurang Resesi, Pengamat Ekonomi UNS: Ini Beda Dengan Krisis Moneter 1998
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dinilai Taufiq berbeda ketika krisis moneter melanda medio 1998. Krisis moneter terjadi ketika ekonomi turun cukup
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Agil Trisetiawan
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pemerintah melalui Kementrian Keuangan memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2020 bakal minus.
Proyeksi itu menujukkan Indonesia kini tengah berada di jurang resesi, karena pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 juga minus.
Pertumbuhan ekonomi pada kurartal itu tercatat sebesar minus 5,23 persen.
Posisi Indonesia yang berada di tepian jurang resesi diamini Pengamat Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Kota Solo, Taufiq Arifin.
"Jika kondisi tetap seperti ini, secara definisi kita masuk ke arena resesi," kata Taufiq dalam Obrolan Virtual Overview : Trik Atur Uang Jelang Resesi, Kamis (1/10/2020).
"Secara teori, ekonomi mengatakan bahwa ketika sebuah negara dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan ekonomi negatif," papar dia.
"Ada penurunan PDB dua kuartal berturut-tururt maka sebuah negara masuk arena resesi," tambahnya.
• Polisi Tangkap Otak Penyerangan di Mertodranan Solo, Bersembunyi di Rumah Terduga Teroris di Jepara
• Daftar Barang yang Dibakar Bea Cukai Solo, Nilai Miliaran Rupiah, Tak Hanya Sex Toys Tapi Ada Kondom
• Dampak Libur Panjang, Kebugaran Pemain Persis Solo Belum 100 Persen Meski Sudah Jalani Latihan
• Tiga Pemain Eks Persipura Jayapura U-21 Ikuti Latihan Persis Solo, Ini Harapannya
Apalagi sejumlah indikasi resesi nampak, misalnya angka pengangguran yang naik, dan menurunnya aktivitas ekonomi.
"Itu disebabkan tingkat konsumsi berubah atau turun," imbuhnya.
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini dinilai Taufiq berbeda ketika krisis moneter melanda medio 1998.
"Krisis moneter terjadi ketika ekonomi turun cukup drastis dan laju inflasi cukup tinggi." kata dia.
"Pertumbuhan macet dan hampir mungkin tidak berjalan," ujar dia.
"Dampaknya juga lebih besar, seperti terjadi PHK besar-besaran, harga kebutuhan naik drastis, dan nilai mata uang turun drastis tidak terkontrol," jelasnya.
Itu ditunjukkan dengan stabilitas tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah di tengah pandemi Covid-19.
"Kestabilan harga kebutuhan pokok, dan nilai tukar rupiah pun kita cenderung stabil di bawah Rp 15 ribu," ucap Taufiq. (*)