Sejarah Kota Solo
Monumen Tentara Pelajar Sanggarahan Sukoharjo : Kisah Gugurnya 6 Tentara Pelajar di Kebun Tebu
Monumen Tentara Pelajar Sanggarahan Sukoharjo : Kisah Gugurnya 6 Tentara Pelajar di Kebun Tebu
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
Sejarah Pendirian Monumen Tentara Pelajar
Pada tahun 1983, di Kelurahan Sanggrahan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, seorang mantan tentara pelajar bernama Moedakhir menyerahkan sebuah arca kepada warga setempat.
Arca itu, Moedakhir serahkan kepada Harjo Prawoto, selaku pemilik lahan di wilayah itu.
Keinginan Moedakhir membangun sebuah monumen di atas lahan milik Harjo karena adanya nilai historis yang berkaitan dengan masa lalunya sebagai tentara pelajar.
Dahulu semasa agresi militer Belanda jilid 2, lokasi perkebunan tebu milik Harjo menjadi saksi atas tewasnya rekan-rekan Harjo.
Pada saat itu militer Belanda bersama sekutunya, melakukan penyisiran ke berbagai wilayah di Solo Raya untuk menangkap para pasukan Tentara Pelajar.
Berbagai upaya pun dilakukan dari penculikan hingga penembakan di tempat yang berujung pada konfrontasi senjata antara pasukan Tentara Pelajar melawan Belanda.
Di kebun milik Harjo itulah enam orang teman Moedakhir, sebagai sesama tentara pelajar gugur.
Para tentara pelajar itu gugur saat usia mereka masih belasan tahun, dan nama-namanya diabadikan di atas prasasti monumen.
Hal itu diceritakan Sumarmi, selaku putri dari Harjo Prawoto yang juga menjadi penanggung jawab atas monumen.
Besarnya rasa cinta Moedakhir kepada perjuangan teman-temannya, membuat dirinya rela mengeluarkan kocek guna membangun monumen untuk mengenang perjuangan tentara pelajar di wilayah tersebut.
Moedakhir memesan sebuah patung berbentuk Dewa Ganesha, yang dia pesan dari para perajin di Kecamatan Muntilan, Magelang.
Pembuatan patung itu membutuhkan waktu lebih dari satu tahun, karena ukurannya yang besar dan ukirannya yang rumit.
Selesai pada tahun 1983, arca Dewa Ganesha diletakkan di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Sumarmi, ayahnya memberikan sebagian kecil tanah secara cuma-cuma kepada Moedakhir untuk dibangun monumen.