Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo Terbaru

Meteorit Kanjeng Kyai Pamor: Pusaka Sakral Keraton Solo, Tak Boleh Diperjualbelikan

"Kemudian pada era Paku Buwono IV tanggal 12 Februari 1797, pecahan yang besar dibawa ke Keraton Surakarta," terang Dany.

Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Ryantono Puji Santoso
(Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya)
ILUSTRASI : Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang berada di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masih ingat tentang kisah sebuah batu yang diduga meteor jatuh menimpa rumah Josua Hutagalung, warga Dusun Sitahan Barat, Desa Satahu Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah. 

Batu meteor tersebut kini telah terjual dengan harga Rp 26 milliar. Sosok pembelinya bernama Jared Collins. 

Nah, peristiwa jatuhnya benda angkasa ke kawasan Indonesia bukan kali pertama terjadi. 

Baca juga: Dirigen Pasoepati Maryadi Gondrong Incar Posisi Presiden Pasoepati, Janji Perhatikan Arus Bawah

Baca juga: Cara Mencegah Kucing Menggaruk Barang-barang di Rumah, Salah Satunya Bisa Pakai Jeruk

Pertiwa tersebut sempat terjadi di kawasan Prambanan, Jawa Tengah sekira medio 1700. 

Benda angkasa yang jatuh dan pecah menjadi beberapa bagian itu berjenis iron meteorit. Unsur besi menjadi yang mendominasi pembentuk batu tersebut. 

Wakil Pengageng Museum dan Pariwisata Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KRA Danny Nur Adiningrat mengatakan, benda tersebut menjadi pecahan besar, kecil, dan serpihan-serpihan. 

Pecahan kecil kemudian dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat atas perintah Paku Buwono III. 

Dibawanya pecahan yang konon katanya sebesar kelapa itu dilakukan pada 13 Februari 1784.

"Kemudian pada era Paku Buwono IV tanggal 12 Februari 1797, pecahan yang besar dibawa ke Keraton Surakarta," terang Dany kepada TribunSolo.com, Senin (23/11/2020).

Pecahan besar tersebut bervolume hampir 1 meter kubik dengan berat ditafsir hampir 3 ton. 

Nah, pecahan besar inilah yang kemudian disebut dengan Kanjeng Kyai Pamor

"Besi itu kan dari bumi mewakili ibu bumi, sementara pamor itu melambangkan bapa angkasa," kata Dany. 

"Nama itu penyatuan antara ibu bumi dan bapa angkasa," tambahnya. 

Dany mengaku tidak tahu menahu sosok yang mencetuskan nama benda angkasa tersebut.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved