Berita Sragen Terbaru
Nestapa Pedagang Kedelai di Sragen : Kios Sepi Pembeli, Banting Harga Jadi Pilihan Terakhir
Kenaikan harga kedelai yang menyentuh angka Rp 9.200 per kilogram berdampak terhadap para pedagang kedelai di Kabupaten Sragen.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Adi Surya Samodra
Sejumlah pengrajin tahu di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, Kabupaten Klaten misalnya, mengeluhkan kenaikan harga kedelai impor yang menjadi bahan baku utama.
Salah satu pengrajin tahu, Sritawarsih (34) mengatakan, harga kedelai impor saat ini tembus Rp 9.200 per kilogram.
"Sebelumnya, harga kedelai hanya Rp 7600 per kilogram," katanya, Minggu (3/1/2021).
Baca juga: Awal Tahun, Harga Kedelai Melonjak, Produsen Tahu di Solo Merana : Ukuran Kini Diperkecil
Baca juga: Kedelai Impor Mahal, Produsen Tahu di Solo Masih Pikir-Pikir Pakai Kedelai Lokal, Ini Alasannya
Baca juga: Nestapa PKL di Alun-alun Klaten, Tahun Baru Hanya Dapat 60 Ribu, Paling Kecil Selama 15 Tahun Jualan
Baca juga: Polisi Klaim Kecelakaan di Klaten Turun, Tahun 2019 Meninggal 166 Orang, Selama 2020 Jadi 148 Orang
Sri mengaku merasa serba salah dengan kenaikan kedelai impor dari Amerika Serikat itu.
Pasalnya, jika ia menaikan harga hasil produksinya, dikhawatirkan konsumennya akan kecewa.
"Saya bingung harus bagaimana dengan naiknya harga kedelai ini. Kalau harga tau dinaikan, jadi gak ada yang mau beli, malah jadinya serba salah," jelasnya.
Agar tidak merugi, ia terpaksa mengurangi ukuran dan berat tahu hasil produksinya.
"Ya saya kurangi isinya, biasannya saya isi 10 kg, saya isi 9,5, jadi ketebalan tahu sedikit berkurang," jawabnya.

Kenaikan Kedelai Secara Bertahap
Kenaikan harga kedelai impor ini ini berlangsung bertahap.
Sri mengatakan harga kedelai impor tersebut mengalami kenaikan sebanyak 3 kali.
"Kenaikannya bertahap, mulai Rp 200, lalu 3 hari naik lagi Rp 500, lalu setelah 3 hari naik lagi sebesar Rp 500," jawab Sri.
Baca juga: Blak-blakan Bos Pabrik BH di Klaten Belum Lunasi THR Buruh : Pabrik dalam Kondisi Sulit saat Pandemi
Baca juga: 5 Fakta Soal Ratusan Buruh di Klaten Mogok Kerja karena THR Tak Dibayar Penuh
Jika kenaikan kedelai ini terus berlangsung, ia khawatir bisnis yang sudah ia tekuni selama 10 tahun itu akan gulung tikar.
Pasalnya, modal produksi dan pemasukan penjualan akan tidak seimbang, dan dia akan merugi.
"Kalau harga kedelai impor mencapai Rp 10 ribu per kilonya, mungkin saya berhenti beroperasi dulu," kata dia.
"Harapan saya, harga kedelai impor kembali stabil di harga Rp 7500 per kilo, dan normal kembali," ucapnya. (*)