Geger Aliran Baru di Banten Perintahkan Mandi Bareng di Tengah Kebun Sawit, Kini Diamankan Polisi
Sebuah ajaran yang diduga sesat muncul di Pandeglang Banten setelah para pengikutnya ditemukan mandi bersama di tengah perebunan sawit
TRIBUNSOLO.COM - Polres Pandeglang, Banten mengamankan 16 orang yang terdiri delapan pria dewasa, lima wanita dewasa dan tiga anak-anak akibat sebuah ritual sesat.
Ritual itu berupa mandi telanjang di penampungan air milik PT GAL yang berada di tengah perkebunan sawit.
Mereka melakukan ritual pada Kamis (11/3/2021) pada pukul 10.00 WIB.
Para penganut ritual itu menyebut ajaran mereka dengan nama Hakekok.
Ajaran Hakekok dibawa oleh warga beinisial A (52).
Baca juga: Geger Video Mahasiswi Dibaiat Aliran Sesat di Palopo, Nyatakan Siap Berkorban demi Tuan Semesta Alam
Baca juga: Pernah Diduga Terpengaruh Aliran Sesat Hingga Nikah Diam-diam, Begini Kabar Puteri Indonesia 2009
Ia mengaku sebagai murid seorang pemimpin ajaran Hakekok yang berasal dari Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
A menganut ajaran tersebut dari E yang saat ini telah meninggal dunia.
Wakapolres Pandeglang Kompol Riky Crisma Wardana mengatakan kasus ini terungkap dari informasi warga.
Menurut dia, warga melihat ada sejumlah orang yang melakukan kegiatan keagamaan yang tidak lazim.
"Untuk ajarannya, menganut ajaran Hakekok, dibawa oleh saudara E, almarhum. Diteruskan saudara Aeng, dengan ajaran Balatasutak di Kecamatan Cibaliung, dan Kabupaten Bogor," kata dia.
"Ada 16 orang yang diamankan, terdiri dari lima perempuan dewasa, delapan laki-laki, dan tiga anak-anak," kata Riky saat dikonfirmasi.
Kegiatan ritual tersebut diakui baru dilakukan satu kali dengan tujuan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan menjadi lebih baik.
Saat ini 16 orang tersebut masih diperiksa dan polisi belum bisa menyimpulkan apakah ajaran Hakekok tersebut benar aliran sesat atau bukan.
Rencannaya polisi akan berkoordinasi dengan MUI untuk menentukan ajaran Hakekok sesat atau tidak.
Selain itu polisi juga mengamankan baju milik para warga, KTP, dompet, dan yang lainnya.
"Besok (Jumat) baru akan dilakukan rapat dengan Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakorpakem). Ada MUI juga untuk menentukan ini aliran sesat atau bukan," kata Riky.
Riky meminta masyarakat Pandeglang khususnya di Kecamatan Cigeulis untuk tidak khawatir dengan adanya kegiatan yang dilakukan oleh kelompok tersebut karena kasus tersebut sudah ditangani oleh kepolisian.
Sebuah Aliran Sesat di Lampung Gunakan Kuburan Kosong Sebagai Perantara Mediasi
Sebelumnya, sebuah aliran kepercayaan yang menamakan diri Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, Lampung meresahkan warga.
Belakangan mereka mengakui kesalahannya.
Dalam aliran kepercayaan ini, Ketua Kakalah dan pengikutnya melakukan ritual dengan menggunakan mediasi kuburan kosong yang ada di dalam rumah.
• Gubernur Jateng Tinjau Kesiapan Evakuasi Warga Lereng Merapi di Tengah Pandemi, Begini Arahannya
• Begini Keterangan Saksi soal Siapa Sosok Pembobol Jiwasraya Sebesar Rp 16,81 Triliun
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Punggur Haryanto menyebutkan kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) selama ini dianggap telah menyimpang dari ajaran Islam.
Menurutnya, pengikut aliran tersebut selama ini melakukan ritual-ritual hampir setiap malam.
Setelah dilakukan mediasi, akhirnya pentolan aliran sesat tersebut yang bernama Mardiono mengakui kekhilafannya.
"Semua ini melalui proses (diskusi) yang panjang, sampai akhirnya Pak Mardiono mengakui kekhilafannya selama ini," kata Haryanto didampingi camat Punggur dan unsur Forkopimcam setempat, Rabu (8/7/2020).
Tak hanya itu, ketua Kekalah, Mardiono pun kembali dibimbing mengucapkan kalimat syahadat dihadapan perwakilan MUI Kecamatan Punggur dan unsur Forkopimcam setempat.
"Saya meminta maaf kepada warga sekitar (Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur) bahwa kegiatan yang selama ini saya jalani salah dan saya akan kembali ke jalan Allah SWT," kata Mardiono, Rabu (8/7/2020).
Mardiono mengatakan, tidak ada unsur paksaan atas tindakannya dengan meminta kembali dibimbing mengucapakan kalimat syahadat.

Menurutnya, hal itu merupakan hasil diskusi panjang dirinya dengan para tokoh agama dan unsur Forkopimcam di Kecamatan Punggur.
"Saya mengakui kalau saya keliru menjalani ritual selama ini. Selain itu, kegiatan tersebut juga memang mengganggu warga sekitar tempat saya tinggal," jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Mardiono juga mempersilakan kepada para ulama, masyarakat, dan Forkopimcam untuk membongkar makam-makam kosong yang ada di dalam kediamannya sebagai salah satu sarana ritual aliran Kekalah selama ini.
23 makam kosong
Aliran kepercayaan Kerukunan Keluarga Asma Allah (Kekalah) di Punggur menggunakan media makam kosong untuk melakukan ritual.
Tidak tanggung-tanggung, ada sebanyak 23 makam tanpa jenazah yang ditemukan aparat di Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
Dengan disaksikan unsur Forkopimcam Punggur dan warga, akhirnya 23 makam tersebut dibongkar.
Kepala Polsek Punggur Iptu Amsar menerangkan, pembongkaran makam tersebut merupakan keinginan Mardiono selaku mantan ketua Kekalah.
"Selama ini kami lakukan pedekatan secara persuasif dengan melibatkan unsur Forkopimcam memberikan penyuluhan. Akhirnya hari ini makam di dalam rumah (Mardiono) dapat dibongkar," katanya, mewakili Kapolres AKBP Popon Ardianto Sunggoro, Rabu (8/7/2020).
Kapolsek menambahkan, makam-makam tersebut bukanlah makam sungguhan.
Makam yang berada di dalam rumah itu hanya sebagai sarana ritual aliran Kekalah.
"Sebanyak 23 makam tanpa jenazah bertuliskan nama-nama orang di batu nisannya, seperti Raden Brojonegoro V, Dewi Kencono Wungu, Ki Ageng Dwi Laksono, Syekh Betoro Katong, Ki Ageng Kiwih, Ki Ageng Atmo Sumintro, dan lain sebagainya," ujar Iptu Amsar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menelisik Ajaran Hakekok yang Diduga Sesat, 16 Pengikut Mandi Telanjang di Tengah Kebun Sawit"