Wisata Kuliner Solo
Ayam Panggang Mbok Denok Karanganyar : Lokasi Jauh, Makan Nunggu 1 Jam, Tapi Pembeli tetap Membludak
Ayam Panggang Mbok Denok Karanganyar : Tempat Jauh, Makan Nunggu 1 Jam, Tapi Pembeli tetap Membludak
Penulis: Muhammad Irfan Al Amin | Editor: Aji Bramastra
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Muhammad Irfan Al Amin
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Ke mana anda akan menuju saat berwisata kuliner di Karanganyar?
Cobalah ke sudut Kabupaten Karanganyar di Jalan Raya Jatipuro - Jatiyoso, Kecamatan Jatipuro, Kabupaten Karanganyar.
Baca juga: Mantan Teroris Bom Bali 1 Jual Soto di Sukoharjo, Laris Manis, Sudah Punya 5 Karyawan
Di sana, ada kuliner istimewa berupaa warung Ayam Panggang Mbok Denok.
Dari Kota Solo, jaraknya lumayan juga.
Bahkan lokasi tersebut hanya tinggal berjarak 10 menit saja ke pusat Kota Wonogiri.
Meskipun warung Mbok Denok jauh dari pusat Kota Solo maupun pusat Kabupaten Karanganyar, namun pelanggannya tetap datang silih berganti.
Bila ke sana, jangan kaget kalau harus antre makan.
Masuklah ke dalam, maka terlihat setiap sudut meja sudah terisi oleh pelanggan yang tak sabar menanti matangnya ayam panggang pesanan mereka.
Yang menarik, nama pemilik warung ini sebenarnya bukan bernama Mbok Denok.
Anak pemilik warung, Dendi Resmadi (38), mengatakan nama Mbok Denok merupakan julukan ibunya yang merupakan perintis dari warung itu.
"Nama ibu saya sebenarnya Suwarsi, namun tetangga dan keluarga akrab memanggil namanya dengan Bu Denok," katanya.
Berdiri sejak tahun 1996, Warung Ayam Panggang Bu Denok selalu ramai oleh pembeli.
"Bahkan pelanggan saya ada yang datang dari Bali, saya tidak tahu dia dapat info darimana," ucapnya.
Ukuran ayam yang dipesan juga bermacam-macam, dari yang utuh hingga hanya potongan daging saja.
"Kami bisa beli utuh, atau perpotongan tergantung selera," terangnya.
Untuk satu ekor ayam utuh pembeli harus menyiapkan kocek dengan nominal Rp 65 ribu, hingga Rp 75 ribu.
"Tergantung besaran ukuran ayam, semakin besar semakin mahal," ujarnya.
Dirinya mengakui sehari rata-rata menghabiskan 50 potong ayam.
"Kami tidak ingin terlalu banyak, jumlah segitu saja antrinya sudah sangat panjang," jelasnya.
Bila Bulan Ramadhan tiba, jumlah pemesanan mencapai hingga tiga kali lipat dari hari biasa.
"150 ekor bisa dan semuanya ayam kampung," ujarnya.
Rasanya? Memang tiada lawan.
Bumbunya benar-benar meresap, dilengkapi pilihan sambal terasi dan urap.
Mungkin itu yang menjelaskan kalau banyak pembeli yang rela datang meski jauh dan bersabar mengantre. (*)
Baca juga: Kulineran di Kota Solo, Dimas Beck Jajal Es Dawet Bu Dermi Langganan Presiden Jokowi