Mengapa Negara Arab Diam Palestina Digempur Israel? Dosen Hubungan Internasional Ungkap Analisanya
Di tengah konflik Israel vs Palestina, muncul banyak pertanyaan: mengapa negara Arab kini banyak diam dan membiarkan Palestina digempur Israel?
TRIBUNSOLO.COM -- Konflik yang memanas antara Israel dan Palestina menuai perhatian banyak negara di belahan dunia.
Di tengah konflik Israel vs Palestina, muncul banyak pertanyaan: mengapa negara Arab kini banyak diam dan membiarkan Palestina digempur Israel?
Benarkah diamnya negara Arab atas konflik Israel dan Palestina itu karena takut?
Baca juga: Konflik Israel vs Palestina di Gaza Memanas, Kesaksian Penduduk Sekitar: Seperti Adegan Film Horor
Baca juga: Jejak Panjang Hubungan Israel-Indonesia : Ternyata Sudah Panas Dingin Sejak Era Bung Karno
Diketahui, sejak Ramadan lalu, ketegangan antara Israel-Palestina kembali memanas.

Beragam faktor melatarbelakangi ketegangan itu, termasuk di antaranya rencana pengusiran puluhan warga Palestina di kawasan Sheikh Jarrah.
Situasi kemudian semakin menegangkan setelah kelompok milisi Palestina Hamas menghujani wilayah Israel dengan rudal-rudal.
Meski tak banyak menimbulkan kerusakan dan korban, Israel membalas serangan itu dengan melakukan operasi militer di sejumlah wilayah.
Hasilnya, ratusan warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.
Namun, sampai saat ini negara-negara Arab belum melakukan langkah pasti dalam meredamkan konflik Israel-Palestina.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide mengatakan, diamnya negara-negara Arab karena memiliki ketergantungan tinggi pada Amerika Serikat.
Dikutip dari Kompas.com, padahal, AS memiliki lobi kuat Yahudi untuk menjaga politik luar negerinya, terutama dalam konflik Israel-Palestina.
Dengan kondisi itu, Palestina pun tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat seperti Israel.
"Palestina tidak mempunyai strategi perjuangan seperti Yahudi dulu sewaktu awal menggagas untuk mendirikan negara Yahudi (Israel)," kata Suhedi saat dihubungi, Minggu (16/5/2021).
"Orang-orang Yahudi saat itu melakukan penggalangan dana, mendekati negara-negara yang berpengaruh di kancah dunia," sambung dia.