Berita Solo Terbaru
Kasus Covid-19 di Solo Kembali Melonjak, Gibran Yakinkan Belajar Tatap Muka Diusahakan Tetap Juli
Pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) harap-harap cemas karena klaster Covid-19 di Kota Solo mengalami kenaikan.
Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
Ada sebanyak lima sekolah yang mengujicoba simulasi tersebut dengan diikuti kurang lebih 112 siswa kelas 5 SD.
Dari pantauan TribunSolo.com, para siswa tetap melalui protokol kesehatan Covid-19.
Mereka tetap mencuci tangan terlebih dulu dan pengecekan suhu sebelum masuk ke ruang kelas.
Adapun jumlah siswa yang mengikuti dibatasi setengah kapasitas ruang kurang lebih 24 siswa.
Baca juga: Ribuan Botol Miras Hasil Sitaan di Solo Dimusnahkan, Mulai dari Ciu Oplosan hingga Bermerek Mahal
Baca juga: Viral Aksi Bocah Hadang Mobil di Kawasan Solo Baru Sukoharjo, Bahayakan Nyawa, Ini Tanggapan Polisi
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Solo, Dwi Ariyanto mengatakan lima sekolah yang menjalankan PTM mewakili tiap kecamatan.
"Prinsipnya, kita ingin mendorong SD untuk mengikuti proses pembelajaran tatap muka sama dengan pola yang diterapkan di SMP," kata Dwi, Rabu (5/5/2021).
"Itu kita lakukan bertahap sedikit demi sedikit. Target kita pembiasaan pola perilaku anak. Kita pastikan anak aman sampai ke sekolah," tambahnya.
Tahap awal ini memang kelas 5 SD dulu dengan durasi belajar mengajar selama 2 jam tampa waktu istirahat.
Kemudian, apabila itu berhasil maka jenjang kelas berikutnya masuk secara bertahap hingga kelas 1 SD dengan pembatasan kapasitas.
"(Kemudian) fase kedua lima jam dengan istirahat 15 menit. Boleh ke perpustakaan dan tempat ibadah. Protokol kesehatan diserahkan ke sekolah," ujar Dwi.
Dwi memastikan PTM tingkat SD menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dengan ketat.
"Protokol kesehatan di sekolah lebih ketat daripada area publik, seperti mall dan pasar, cenderung tidak mengingatkan. Kalau di sekolah, kalau bergerombol diingatkan," ucap Dwi.
Selain protokol kesehatan Covid-19, vaksinasi terhadap tenaga pendidik dan penunjang juga sudah dilakukan. Itu sudah mencapai 89 persen.
"Beberapa teman ada yang komorbid, punya penyakit penyerta, hamil, dan penyintas belum tiga bulan, jadi tidak masuk kriteria," ujar Dwi.
Meski begitu, Dwi tidak menampik tetap ada orang tua yang masih khawatir anaknya mengikuti PTM. Namun, ia tidak membeberkan jumlah pastinya.