Berita Solo Terbaru
Kisah Mbah Yem, Sejak Umur 15 Jualan Sate Kere di Solo, Tak Pernah Mengeluh Meski Hidup Sendiri
Mbah Yem sapaan akrabnya setia berjualan sate kere khas Solo yang terbuat dari tempe gambus atau bahan yang dibuat dari ampas tahu.
Penulis: Azfar Muhammad | Editor: Asep Abdullah Rowi
Dirinya juga menyampaikan dirinya berjualan sejak pagi hari dari jam 10.00 WIB - 16.30 WIB.
Baca juga: Dinikahi Jenderal TNI, Bella Saphira Ogah Pamer Gaya Hidup Mewah, Ungkap Makna Kesederhanaan
Baca juga: Jokowi Dapat Salam dari Sakimin, Kakek 88 Tahun Penjual Bakso di Solo, Sosok Pekerja Keras & Humoris
"Tapi kalau ashar sudah habis atau laku ya pulang ke rumah," katanya.
"Kalau capek ya libur, tapi kalau sepi atau tidak ada acara keluarga ya saya buka," ungkapnya.
Setiap hari dirinya membeli bahan jualanya di Pasar Gemblegan, Solo.
"Setiap hari saya meruput jam 5 ke pasar, terus pulang dimasak dan siap siap terus buka jualan," tambahnya.
Saat ditanyai terkait omset dan penghasilannya saat ini dirinya mengatakan tidak bisa dihitung pasti dan tidak menentu.
"Sekarang yah jualan sedikit paling hanya dapat Rp 100 -150 ribu per hari," katanya.
"Tergantung yang membeli, saat ini ya sepi, bahkan hari ini belum ada yang beli," tambahnya.
Disamping itu dirinya mengatakan omset atau penghasilan yang ia dapatkan terbesar pada saat sebelum pandemi.
"Tidak mengerti tahun berapa yang penting sebelum ada Corona," urainya.
"Ya 3 atau 4 tahun kebelakang paling laku sampai Rp 300 ribu dapat sehari pernah," tambahnya.
Untuk harga yang dijual satenya sendiri untuk sate kere dihargai Rp 3 ribu pertusuk dan untuk sate tempe Rp 800 perak.
Selama 16 tahun ini dirinya sebatang kara di rumah karena ditinggal oleh sang suami sejak tahun 2005.
"Suami saya sudah meninggal sejak tahun 2005 karena sakit" ungkapnya.
Dirinya mengaku sudah memiliki dua anak putra laki-laki.