Berita Klaten Terbaru
Kasihan, Bocah Dibully Teman Lalu Kabur dari Ponpes di Boyolali, Sampai Klaten Tersesat dan Bingung
Kabar ditemukannya tiga bocah laki-laki yang tersesat tak tahu arah jalan pulang menggemparkan warga Kabupaten Klaten.
Penulis: Rahmat Jiwandono | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Rahmat Jiwandono
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kabar ditemukannya tiga bocah laki-laki yang tersesat tak tahu arah jalan pulang terjadi di Kabupaten Klaten.
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, tiga bocah berinisial INA (12), FNA (10), dan JNT (9) yang merupakan santri dari sebuah Pondok Pesantren di Andong, Boyolali.
Kejadian bermula saat ketiga santri ini mengendarai sepeda motor Honda Supra X berpelat nomor AD-5647-CC tiba di Dukuh Druju, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Klaten pada Senin (31/5/2021) sekitar pukul 16.30 WIB.
Baca juga: Ini Potret Pemuda Klaten yang Ditangkap, karena Telanjang Sambil Pamer Alat Vital di Atas Motornya
Baca juga: Kabar Penculikan Santri Gegerkan Warga NTB, Saat Ditelusuri Ternyata Hanya Akal-akalan
Saat didatangi warga sekitar, mereka dalam keadaan bingung dan mengaku berangkat dari Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Lantas pukul 17.00 WIB, warga berinisiatif untuk mengantar mereka ke Polsek Klaten Utara.
Setelah diinterogasi, ketiga santri ini mengaku berasal dari Ponpes di Boyolali.
"Jadi mereka ini bukan berasal dari Sleman, DIY," ujar Kapolsek Klaten Utara, AKP Sugeng Handoko saat dikonfirmasi TribunSolo.com, Senin (1/6/2021).
Menurutnya, mereka mengaku kabur dari ponpes lantaran kerap dijahili oleh teman-temannya sehingga membuatnya tidak betah berada di ponpes.
"Kemudian mereka pergi menggunakan sepeda motor milik pengasuh ponpes tanpa minta izin," paparnya.
Pihaknya pun langsung menghubungi pengasuh Ponpes untuk menjemputnya.
"Sekitar pukul 22.00 WIB, orang tua mereka datang ke Polsek Klaten Utara untuk menjemputnya dan diantar kembali ke ponpes," terangnya.
Bahaya Bully
Kasus bullying atau perundungan belakangan jamak menjadi sorotan dan pembicaraan.
Beberapa kasus perundungan yang mencuat belakangan jamak melibatkan anak-anak sekolah.
Namun, sebenarnya perundungan tidak pandang bulu. Pasalnya, tindakan ini bisa menimpa siapa saja dan dapat terjadi sewaktu-waktu.
Baik itu di sekolah, di jalan, lingkar keluarga, pertemanan, sampai di tempat kerja.
Apa itu bullying?
Melansir laman resmi Bullying.co.uk, bullying adalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental.
Sedangkan laman resmi Stopbullying.gov menyebut, perundungan umumnya melibatkan perilaku agresif.
Selain itu, bullying juga ditandai ketidakseimbangan kekuatan (bisa fisik, akses informasi, sampai popularitas) untuk menunjukkan kekuasaan pelaku atas korban.
Tindakah bullying umumnya tidak terjadi hanya satu kali. Melainkan, berpotensi berulang atau lebih dari satu kali.
Jenis-jenis bullying
Perundungan bentuknya bisa bermacam-macam. Termasuk menyerang fisik dan mental, menyebarkan gosip, atau mengacuhkan orang lain dengan sengaja.
Ada tiga jenis utama perundungan. Antara lain:
Verbal: mengatakan atau menulis sesuatu yang tidak berkenan di hati korban. Misalkan mengancam, menggoda, mengganti nama panggilan, berkomentar jelek, mengejek, dll
Sosial: mempermalukan seseorang di depan umum, mengucilkan, sampai menyebarkan gosip tentang seseorang
Fisik: memalak, melukai tubuh orang lain, memukul, menendang, mencubit, meludahi, mendorong, sampai dengan sengaja mengambil barang orang lain
Penyebab terjadinya bullying
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, perundungan dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban.
Melansir BBC, pelaku perundungan biasanya memiliki masalah keluarga, stres, atau trauma.
Sebuah riset pada 2016 lalu menyebut, lebih dari sepertiga pelaku bullying tidak banyak berinteraksi dengan orangtua atau wali mereka.
Sejumlah responden pelaku bullying juga menyebut, mereka melihat pertengkaran di rumah setiap hari.
Selain itu, riset yang diselenggarakan Ditch the Label pada 8.850 responden berusia 12 hingga 20 tahun mengungkapkan, sebanyak 14 persen pelaku bullying sudah pernah menjadi korban.
Hasil studi juga menunjukkan, orang yang pernah diintimidasi dua kali lebih berpeluang menjadi pelaku bullying ketimbang orang yang tidak pernah diintimidasi.
Dampak bullying bagi korban
Perundungan dapat menimbulkan dampak luas dan jangka panjang bagi korban.
Melansir Verywell Health, dampak secara langsung bagi korban perundungan adalah rendahnya rasa percaya diri.
Orang yang terus-menerus diejek gemuk, hitam, atau bodoh, perlahan-lahan percaya ejekan tersebut benar.
Korban yang sering di-bully umumnya juga merasa marah, sedih, tidak berdaya, frustasi, kesepian, dan terisolasi dari lingkungannya.
Jika dibiarkan terus-menerus, korban perundungan bisa merasa depresi, bahkan bisa berpikir untuk bunuh diri.
Saat anak-anak korban perundungan terus di-bully dalam proses tumbuh dewasa, korban dapat mengembangkan interaksi sosial.
Korban perundungan juga bisa sulit percaya pada orang lain, merasakan bullying adalah hal yang lumrah, sampai berakhir justru menyalahkan diri sendiri. (*)