Bom Bunuh Diri Meledak di Kabul, Joe Biden Mengamuk Umumkan Perang Lawan ISIS-K, Siap Ajak Taliban
Joe Biden mengatakan ada risiko akut dan terus meningkat dari serangan ISIS-K pada kerumunan warga yang memadati Bandara Kabul.
TRIBUNSOLO.COM -- Teror melanda Afghanistan, dalam hitungan hari rezim Taliban berkuasa.
IS-Khorasan atau ISIS Khorasan atau ISIS-K mengklaim diri sebagai pelaku teror bom bunuh diri di Bandara Kabul.
Baca juga: Tragedi Afghanistan, Warga Hendak Kabur dari Taliban Malah Jadi Korban Bom Bunuh Diri di Kabul
Diberitakan sebelumnya, dua kali bom bunuh diri meledak di kerumunan warga Afghanistan yang ingin dievakuasi keluar dari negaranya setelah Taliban berkuasa, Kamis 26 Agustus 2021.
Hingga berita ini diterbitkan 90 orang dinyatakan tewas dan sekitar 150 orang mengalami luka.
Korban tewas adalah: 13 tentara Amerika, 28 anggota Taliban dan sisanya warga sipil Afghanistan.

Di mana muncul laporan sedikitnya 28 anggota Taliban tewas dalam bom bunuh diri ini, sehingga Taliban pun menaruh dendam.
"Kami telah kehilangan lebih banyak orang daripada orang Amerika," kata pejabat Taliban, yang menolak disebutkan namanya.
Bagi Amerika, peristiwa inilah yang paling mematikan di Afghanistan setelah peristiwa helikopter ditembak yang menewaskan 30 personel pada Agustus 2011.
“Kepada mereka yang melakukan serangan ini, serta siapa pun yang ingin membahayakan Amerika, ketahuilah ini: Kami tidak akan memaafkan; kami tidak akan lupa,” kata Presiden Amerika Joe Biden di Gedung Putih.
“Kami akan memburumu dan membuatmu membayar. Saya akan membela kepentingan kami pada rakyat kami dengan segala tindakan atas perintah saya.”
Biden menambahkan bahwa AS akan melanjutkan evakuasi warga Amerika dan sekutu AS meskipun ada serangan.
Baca juga: Mencekamnya Afghanistan, Warga Merasa Diteror Lewat Ketukan Pintu, Pelakunya Disebut Bukan Taliban
“Kami tidak akan terhalang oleh teroris; kami tidak akan membiarkan mereka menghentikan misi kami. Evakuasi akan terus kami lakukan,” ujarnya.
Biden juga membela keputusannya menyerahkan pengamanan perimeter Bandara Kabul kepada Taliban.
"Ini bukan masalah kepercayaan, ini masalah kepentingan bersama ... tetapi sejauh ini tidak ada bukti terjadi kolusi antara Taliban dan ISIS dalam menjalankan apa yang terjadi," kata Biden.
Menteri Luar Negeri Anthony Blinken juga membela keputusannya menjalin komunikasi dengan Taliban, meski hingga saat ini Amerika belum mengakui pemerintahan Taliban.
"Taliban, suka atau tidak, memegang kendali - sebagian besar mengendalikan negara, tentu saja mengendalikan kota Kabul. Dan penting untuk bekerja dengan mereka untuk mencoba memfasilitasi dan memastikan keberangkatan dari semua orang yang ingin pergi," ujar Blinken.
Blinken menambahkan bahwa AS terus bernegosiasi dengan Taliban setelah evakuasi dan penarikan tentara rampung.
Baca juga: Mencekamnya Afghanistan, Warga Merasa Diteror Lewat Ketukan Pintu, Pelakunya Disebut Bukan Taliban
''Kami telah terlibat dengan Taliban selama beberapa waktu secara diplomatis selama bertahun-tahun dalam upaya, seperti yang Anda tahu, untuk mencoba memajukan penyelesaian damai konflik di Afghanistan."
Beberapa jam setelah ledakan bom bunuh diri, ISIS-Khorasan (ISIS-K) - mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
ISIS-Khorasan memerangi Taliban, yang dinilai sudah mengkhianati jihad setelah mencapai kesepakatan damai dengan Amerika Serikat.
Sebelum serangan bom bunuh diri ini, intelijen Amerika dan Inggris sudah menerima informasi bakal ada serangan yang menyasar kerumunan warga di Bandara Kabul.
Presiden Amerika Joe Biden mengatakan ada "risiko akut dan terus meningkat" dari serangan ISIS-K pada kerumunan warga yang memadati Bandara Kabul.
Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah mengeluarkan travel warning pada warganya untuk meninggalkan lokasi sekitar Bandara Kabul menuju daerah yang lebih aman.
"ISIS-K adalah musuh bebuyutan Taliban, dan mereka memiliki sejarah pertempuran satu sama lain," kata Biden, Minggu.
"Tetapi setiap hari kami memiliki pasukan di lapangan, pasukan ini dan warga sipil tak berdosa di bandara menghadapi risiko serangan dari ISIS-K."

Sosok ISIS-K Musuh Bebuyutan Taliban
Beberapa bulan setelah ISIS mendeklarasikan kekhalifahan di Irak dan Suriah pada 2014, pasukan yang memisahkan diri dari Taliban Pakistan bergabung dengan militan di Afghanistan untuk membentuk cabang regional, berjanji setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi.
Kelompok itu secara resmi diakui oleh pimpinan pusat Negara Islam pada tahun berikutnya karena berakar di timur laut Afghanistan, khususnya di Provinsi Kunar, Nangarhar dan Nuristan.
ISIS-K juga berhasil mendirikan sel-sel tidur di bagian lain Pakistan dan Afghanistan, termasuk Kabul, menurut pemantau PBB.
Perkiraan terbaru kekuatan ISIS-K bervariasi dari beberapa ribu pejuang aktif hingga serendah 500 orang, menurut laporan Dewan Keamanan PBB yang dirilis bulan lalu.
"Khorasan" adalah nama historis untuk wilayah tersebut, mengambil bagian dari apa yang sekarang disebut Pakistan, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah.
ISIS Khorasan bertanggung jawab atas beberapa serangan paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir di Pakistan dan Afghanistan.
Kelompok ini telah membantai warga sipil di kedua negara, di masjid, tempat suci, alun-alun dan bahkan rumah sakit.
Kelompok ini secara khusus menargetkan Muslim dari sekte yang dianggap sesat, termasuk Syiah.
Tahun lalu, ISIS Khorasan mengejutkan dunia -- pria bersenjata mengamuk dan menembaki bangsal bersalin di lingkungan yang didominasi Syiah di Kabul, yang menewaskan 16 ibu dan calon ibu.
Namun IS-Khorasan gagal menguasai wilayah mana pun di kawasan itu, menderita kerugian besar karena operasi militer pimpinan Taliban dan AS.
Menurut penilaian militer AS dan PBB, setelah fase kekalahan berat IS-Khorasan sekarang beroperasi sebagian besar melalui sel-sel rahasia yang berbasis di atau dekat kota untuk melakukan serangan tingkat tinggi.
Hubungan ISIS-K dengan Taliban
Kedua kelompok itu adalah militan garis keras Islam Sunni, tetapi saling berperang.
Mereka berbeda dalam hal-hal kecil agama dan strategi, sambil mengklaim sebagai pembawa bendera jihad yang sebenarnya.
Perselisihan itu telah menyebabkan pertempuran berdarah di antara keduanya, dengan Taliban muncul sebagai pemenang sebagian besar setelah 2019 ketika IS-Khorasan gagal mengamankan wilayah seperti yang dilakukan kelompok induknya di Timur Tengah.
Sebagai tanda permusuhan antara dua kelompok jihad, pernyataan ISIS menyebut Taliban sebagai murtad.
Reaksi IS-Khorasan atas Kemenangan Taliban
IS-Khorasan sangat kritis terhadap kesepakatan tahun lalu antara Washington dan Taliban yang mengarah pada kesepakatan untuk menarik pasukan asing.
Bahkan IS-Khorasan menuduh Taliban mengabaikan tujuan jihad.
Ketika sebagian besar kelompok perlawanan berbasis Islam seperti Hamas dan Hezbollah memberi selamat atas kemenangan Taliban di Afghanistan, IS-Khorasan tidak memberikan apresiasi sama sekali.
ISIS menuduh Taliban mengkhianati jihadis dengan kesepakatan penarikan AS dan bersumpah untuk melanjutkan perjuangannya.
Artikel ini telah tayang di Tribun Medan dengan judul: Dulu Sama-sama Perangi Amerika, Kenapa Kini Kelompok ISIS Khorasan Perangi Taliban?