Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Tatap Muka di Sragen Digilir, Pembelajaran di Sekolah Secara Tatap Muka Hanya 3 Jam Saja

Hampir seluruh sekolah di Kabupaten Sragen, diizinkan menggelar tatap muka setelah PPKM Level 3.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Potret pembelajaran tatap muka di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen, Kamis (6/9/2021). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana A

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Hampir seluruh sekolah di Kabupaten Sragen, diizinkan menggelar tatap muka setelah PPKM Level 3.

Pelaksanaan dilakukan dengan protokol kesehatan secara lebih ketat, agar terhindar dari penularan covid-19.

Pembelajaran tatap muka dilakukan 50 persen dari jumlah kapasitas maksimal siswa.

Seperti yang dilakukan di SMP Negeri 1 Karangmalang Sragen, yang menggilir siswanya untuk masuk.

PLT Kepala Sekolah SMP N 1 Karangmalang, Wiyono mengatakan siswa yang masuk disesuaikan dengan nomor absen.

Baca juga: Negosiasi Kontrak Paulo Dybala dengan Juventus Macet, Sang Pemain Minta Gaji Setara De Ligt

Baca juga: Ngebet Pengen Punya Kendaraan, Bocil di Mojolaban Curi Milik Tetangga, Motor Disimpan di Kebun Jati

"Jadi yang nomor absen 1-16 masuk hari senin ini, besok gantian nomor absen 17-32, yang 17-32 hari ini bagaimana? kita beri tugas, yang akan dijelaskan guru dikelas besoknya," jelasnya kepada TribunSolo.com, Senin (6/9/2021).

Dengan begitu, setiap siswa berangkat ke Sekolah sebanyak 3 kali dalam satu minggu.

Setiap berangkat ke sekolah, siswa menerima pembelajaran dari guru selama 3 jam.

Untuk mencegah kerumunan, menurut Wiyono waktu masuk maupun pulang juga dibedakan.

"Untuk kelas 7, masuk pukul 07.00 WIB, kemudian 07.30 WIB gantian yang masuk kelas 8, dan 08.00 WIB baru kelas sembilan, waktu pulangpun sama, diberi jarak waktu 30 menit," terangnya.

Meski harus menerapkan aturan yang lebih banyak, menurut Wiyono banyak guru yang memilih untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Karena selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), guru dimanapun mengalami masalah yang sama, yakni tidak dapat mengontrol langsung perkembangan belajar peserta didiknya.

"Iya lebih memilih PTM langsung, karena guru bisa ketemu dengan siswanya, memberikan penjelasan kepada siswanya, dan yang terpenting bagaimana guru bisa memberi motivasi belajar untuk anak didiknya," ujarnya.

"Karena bagaimanapun juga, kalau ilmu anak bisa belajar lewat HP, kalau pendampingan karakter oleh guru kan tidak bisa digantikan," ucap Wiyono mengakhiri.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved