Berita Sragen Terbaru
Menyulap Kue Sagon, Cemilan Jadul yang Dianggap Ndeso Jadi Kekinian di Sragen : Topping-nya Melimpah
Kue sagon merupakan jajanan pasar tradisional dengan bahan dasar parutan kelapa.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Awalnya, sagon racikannya itu digemari oleh ibu-ibu.
Baca juga: Markas Menwa UNS Dibanjiri Karangan Bunga, Pasca 2 Senior Jadi Tersangka dalam Kasus Tewasnya Gilang
Baca juga: Lowongan Kerja Solo: Dibutuhkan Supir Truk Penempatan di Karanganyar, Berikut Syaratnya
"Karena saya jualan juga didekat sekolah, makanya coba saya berinovasi dengan menambah topping itu, ternyata remaja dan anak-anak juga suka," terangnya.
Rasanya pun juga tak seperti sagon biasa, yang cenderung lebih keras.
"Karena saya gunakan lebih banyak kelapa, jadinya rasanya lebih lembut dan tetap gurih, itu yang membedakan dari sagon lainnya," ujarnya.
Sagon buatannya cocok digunakan sebagai oleh-oleh, karena tahan selama 3 hari.
"Kemarin ada yang beli untuk oleh-oleh pulang ke Kalimantan, kebetulan saya juga jualan secara online, pembeli ada yang dari Jogja, Tangerang, Bekasi, hingga Banyumas," paparnya.
Satu porsi sagon original dibanderol dengan harga Rp 10.000, sedangkan ditambah topping, menjadi Rp 13.000.
UMKM di Sragen Gulung Tikar
Pelaku UMKM diharapkan menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi pasca diterpa pandemi covid-19.
Namun, mirisnya selama pandemi ini, beberapa pelaku UMKM di Kabupaten Sragen malah gulung tikar.
Hal itu diungkap Ketua Night Market Sukowati (Nimas), Alvian Prihantono.
"Tiga bulan Nimas ditutup ada beberapa pelaku UMKM yang bangkrut, ada sekitar 5-10 pelaku UMKM," ujarnya kepada TribunSolo.com, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Ditertibkan Satpol PP, Sejumlah PKL di Alun-alun Karanganyar Pasrah, Langsung Tutup Lapak dan Pulang
Baca juga: Bikin Sedih, 10 Juta Keluarga di Indonesia Terpuruk Masuk Kategori Miskin, Tercekik Jeratan Pandemi
Nimas merupakan program dari Pemerintah Kabupaten Sragen yang mewadahi pelaku UMKM di Sragen, yang terdiri dari 100 orang.
Tidak hanya makanan, produk UMKM lainnya berupa baju hingga kerajinan tangan dipamerkan di acara yang dikemas setiap Sabtu malam tersebut.
Penyebab banyaknya pelaku UMKM yang gulung tikar karena kondisi jualan yang lesu.