Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Viral

Cerita Balita 2 Tahun Selamat saat Ritual Berujung Maut di Jember, Ini yang Dilakukan Orang Tuanya

Dalam kejadian ini seorang balita berusia dua tahun selamat dalam kegiatan ritual berujung maut ini.

surya.co.id/sri wahyuni
Korban yang terseret ombak di Pantai Payangan ditemukan, Minggu (13/2/2022) . 11 orang dinyatakan meninggal dunia dalam peristiwa ini 

Namun, sebanyak 11 orang tewas terseret ombak.

Baca juga: Sosok Polisi yang Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan: Dikenal Tak Berperilaku Aneh-aneh

Baca juga: Tujuan Ritual Berujung Maut di Pantai Payangan Jember, Ternyata untuk Lancarkan Usaha & Dapat Kerja

Belakangan terungkap tujuan dari ritual tersebut, ternyata untuk melancarkan usaha hingga mendapat kerja.

Siapakah sosok pemimpin dari Padepokan Tunggal Jati Nusantara?

Dilansir dari Tribunjatim, sosok pemimpin dari Padepokan Tunggal Jati Nusantara bernama Hasan.

Sosok Hasan selamat saat ritual maut yang digelar di Pantai Payangan.

Dari cerita yang beredar, dia dianggap punya kekuatan spiritual sehingga mampu menerawang nasib orang di masa depan, termasuk mengajak orang meraih ketenangan jiwa.

"Dia kalau kemana-mana pakai selendang hijau," kata Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuh Mencek dikutip dari Tribunjatim, Selasa (15/2/2022).

Melansir dari Kompas.com, Kades Dukuh Mencek, Nanda menegaskan jika Hasan, pendiri kelompok Tunggal Jati Nusantara bukanlah seorang kiai atau ustaz.

Menurutnya Hasan cukup lama kerja di Mayalsia dan baru kembali ke Desa Dukuh Mencek pada tahun 2014.

Bahkan setelah kembali dari Malaysia, ia pernah menjadi MC acara dangdut hingga berjualan online seperti berjualan tisu.

Baca juga: Penyakuan Korban Selamat Ritual Maut di Pantai Payangan, Ternyata Ini yang Dilakukan Malam-malam

Baca juga: Detik-detik Warga Jember Terseret Ombak saat Ritual di Pantai Payangan, 11 Orang Meninggal Dunia

Sementara itu, Nanda menyebut aggota kelompok tersebut datang ke Hasan untuk berobat atau memiliki masalah ekonomi atau keluarga.

"Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga," ujarnya.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved