Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Pesan Tili Penyelamat Buaya Berkalung Ban untuk Ibundanya di Sragen : Gak Usah Mikir yang Aneh-aneh

Selama bertahun-tahun, Waginem tak bisa berkomunikasi dengan sang putra, yakni Tili.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
Waginem, ibu kandung Tili saat ditemui di rumahnya di Dukuh Pondok, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen, Jumat (11/2/2022). Sosok Tili yang viral karena bisa menaklukkan buaya raksasa yang selama ini merana karena terjerat ban di Palu, Sulawesi Tengah. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Selama bertahun-tahun, Waginem tak bisa berkomunikasi dengan sang putra, yakni Tili.

Ia baru mengetahui kabar sang anak, ketika aksi Tili viral karena telah menyelamatkan seekor buaya dari jeratan ban ditubuhnya.

Wagimen terharu sekaligus senang, ternyata anak bungsunya itu dalam keadaan sehat di tanah perantauan.

Tak lama setelah pemberitaannya viral, dengan bantuan berbagai pihak, Tili pun dapat menghubungi langsung keluarga di Sragen.

Sang ibu, Waginem menceritakan bagaimana mereka pertama kali berhubungan setelah 7 tahun lamanya tidak dapat bertukar kabar.

"Pas telfon, Tili menanyakan, Piye Mbok? (Bagaimana Bu keadaannya?), ning awak ndredeg (badan rasanya gemetar), peloh kok le kudu turu wae (lemas nak rasanya harus tidur terus)," kata Waginem, kepada TribunSolo.com, Senin (21/2/2022).

"Dijawab Tili, Gak sah ndredeg, sing sehat (nggak usah gemetaran, harus sehat), wis maem durung (sudah makan belum), mpun aku yo ngono (sudah aku bilang begitu)," terangnya.

Selanjutnya, demi menenangkan hati sang ibu, Tili menyampaikan agar ia segera tidur.

Tili juga berpesan agar ibunya tidak terlalu memikirkan banyak hal.

"Yo wis ndang bobok (ya sudah segeralah tidur), rasah mikir sing-sing (gak usah mikir yang tidak-tidak)," kata Waginem menirukan pernyataan sang anak.

Kemudian telfon dimatikan oleh Tili.

Baca juga: Kata Le Aku Kangen Inilah yang Dikabulkan Tuhan, Kini Sang Ibu di Sragen Nantikan Kepulangan Tili

Baca juga: Kondisi Herry Wirawan Setelah Divonis Seumur Hidup, Kepala Rutan Sebut Pelaku Rudapaksa Masih Senyum

Percakapan tersebut, menjadi kali pertama Waginem bisa mendengar secara langsung kabar dari Tili.

Meski singkat, namun percakapan tersebut mampu mengobati sedikit kerinduan Waginem.

"Perasaannya ya senang, bisa telfon langsung," ucapnya.

Doa Waginem untuk bertemu langsung dengan Sang anak pun akhirnya terwujud.

Tili akan pulang ke rumahnya, di Dukuh Pondok, RT 19, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Sragen hari ini, Senin (21/2/2022).

Tili kabarnya akan menempuh perjalanan udara dari Palu menuju ke Surabaya.

Dari Surabaya, Tili dikabarkan akan sampai di rumah sekitar pukul 21.00 WIB.

Doa Ibu Dijawab

Tili (35) seorang pria pemberani yang menyelamatkan seekor buaya besar di Palu akan pulang ke Sragen pada Senin (21/2/2022) hari ini.

Kepulangan Tili menang sangat dinanti-nantikan oleh keluarganya di Sragen.

Karena Tili terakhir pulang pada tahun 2009, yang kemudian tidak dapat berkomunikasi karena handphonenya hilang sejak 7 tahun lalu.

Kini, moment kepulangan Tili sangat disambut bahagia oleh keluarga di rumah, terutama Waginem, sang ibu tercinta.

Kakak Tili, Tarumi (42) mengatakan sang adik diperkirakan sampai di rumah pada malam hari.

"Kemarin sudah telfon, ngabari kalau hari ini pulang, tadi pagi telfon lagi, berangkat dari rumah jam 08.00 sampai bandara jam 09.00," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (21/2/2022).

"Katanya perkiraan sampai di rumah sekitar pukul 21.00, turunnya di Surabaya, kalau di Solo katanya harus transit dulu, paling cepat ya turun di Surabaya katanya," tambahnya.

Tarumi sendiri tidak mengetahui secara pasti, apakah Tili juga akan mengajak keluarga kecilnya pulang ke Sragen.

"Itu kan sudah urusan Tili, yang penting adik saya pulang dengan selamat, saya sudah alhamdulillah," jelasnya.

Ungkapan kebahagiaan terpancar dari wajah Waginem, yang kini sudah memasuki usia senja itu.

Baca juga: Tili Sang Penyelamat Buaya Berkalung Ban Pulang Kampung, Keluarga di Sragen Sambut Bahagia 

Baca juga: Bangganya Waginem, Tahu Sang Putra Tili Berhadapan dengan Buaya Raksasa & Bebaskan dari Jeratan Ban

Ia dengan antusias menunggu kedatangan Tili di teras rumahnya, bahkan sejak pagi hari.

Diketahui, sebelumnya Waginem menderita sakit, bahkan tak sanggup untuk bangun dari tempat tidur.

Mendengar hari ini sang putra pulang ke rumah, kondisinya semakin membaik, bahkan kini sudah dapat duduk di depan rumahnya.

"Ya senang mendengar kabar Tili pulang," ucap Waginem singkat.

Ia mengatakan tak ada persiapan khusus untuk menyambut kedatangan sang putra bungsu.

"Tidak ada persiapan khusus, namanya orang tidak punya, juga tidak masak-masak, yang penting Tili bisa pulang dengan selamat saja, saya sudah senang," jelas dia.

Ibu : Le Aku Kangen

Aksi Tili, wong sragen penyelamat buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi, ternyata menyimpan kisah haru. 

Di kampung halaman Sragen, sang ibunda Tili menyimpan haru.

Selama belasan tahun tak bertemu, membuat Waginem merindu dengan sosok putranya Tili (35).

Diketahui, Tili sudah lama meninggalkan kampung halamanya di Kabupaten Sragen kerana mencoba peruntungan hidup bersama istrinya di Sulawesi.

Sang ibu, Waginem menuturkan jika Tili terakhir pulang ke Sragen pada tahun 2009 ketika sang ayah meninggal dunia.

"Sudah lama tidak pulang, terakhir pulang saat bapaknya meninggal, sekarang tidak bisa dihubungi, sudah 7 tahun tidak bisa menghubungi," katanya kepada TribunSolo.com, Jumat (11/2/2022).

Dengan begitu, kini kurang lebih 13 tahun Waginem tak bertemu sang anak, dan perasaan rindu pun muncul dibenak sang ibu.

Sang ibupun langsung mencurahkan segala kerinduannya kepada sang anak ketika ditemui di rumahnya di Dukuh Pondok, RT 19/RW 3, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragn.

Waginem kini tinggal bersama seorang anaknya, Tarumi dan seorang cucunya, Indah.

Ia tinggal di rumah sangat sederhana, yang disekitarnya merupakan ladang tebu.

Waginem pun bingung menanyakan kabar Sang anak, karena nomor yang pernah ia miliki ternyata sudah tidak aktif.

"Perasaannya kangen, tapi bagaimana lagi, tidak bisa menghubungi," ujarnya.

Baca juga: Cerita Haru Keluarga Tili di Sragen, 7 Tahun Tak Komunikasi, Baru Tahu Usai Viral Selamatkan Buaya

Baca juga: Terungkap Trik Tili saat Bebaskan Buaya Berkalung Ban di Palu,Tangkap Anaknya Dulu Baru Pasang Umpan

Waginem pun berharap sang anak bisa segera pulang, karena kini usianya sudah lanjut.

Dengan menahan air mata, Waginem mencurahkan segela kerinduannya kepada sang anak.

"Le, le, Tili (nak, nak Tili), aku kangen kowe Le (aku kangen kamu nak), kapan-kapan kowe balik to Le (kapan saja pulanglah nak)," katanya lirih.

"Mboke wis tuwek (ibu sudah tua), ra dasi mregawe (sudah tidak kuat bekerja), moga-moga kowe tilik mbok e le (semoga kamu menjenguk ibu nak)," tambahnya.

Waginem tak berharap sang putra pulang dalam waktu lama, namun hanya ingin berjumpa meski hanya sebentar.

"Balik yo sewayah-wayah (pulang kapan saja), ora kon balik sak teruse (tidak menyuruh pulang seterusnya), aku kangen kowe tenanan le (aku kangen kamu beneran nak)," pungkasnya.

Perasaan rindu juga tidak bisa dibendung oleh sang kakak, Tarumi.

Bahkan, Tarumi sampai meneteskan air mata karena sudah sangat lama tidak bisa berjumpa dengan adik tercintanya.

"Harapan saya adik saya bisa pulang dengan selamat, dan sehat, emaknya bisa senang kalain anaknya pulang, kan udah bertahun-tahun kangen juga," kata Tarumi sembari menitipkan air mata.

Baca juga: Cerita Haru Keluarga Tili di Sragen, 7 Tahun Tak Komunikasi, Baru Tahu Usai Viral Selamatkan Buaya

"Setiap saya berdoa, setiap puasa saya selalu mendoakan dia selamat, mudah-mudahan dia sehat, harapannya kan gitu, kalau tidak bisa pulang, ya semoga selalu sehat," jelasnya.

Diketahui, Tili merupakan anak terakhir dari lima saudara.

Kakak pertama dan kedua kini tinggal di Jawa Timur, kakak ketiga tinggal bersama dengan sang ibu di Sragen, dan kakak keempat bersama dengan Tili tinggal di Sulawesi.

Tujuh Tahun Tak Berkomunikasi

Di balik ketangguhan sosok Tili (35), pria yang jadi 'pahlawan' karena bisa melepaskan jeratan ban di leher buaya, ada kisah yang tak banyak orang tahu.

Sosoknya viral dan dikenal seantero Indonesia, bahkan dunia karena bisa menaklukkan buaya raksasa yang selama ini merana karena ban di Palu, Sulawesi Tengah.

Ternya Tili adalah pria asli kelahiran Kabupaten Sragen.

Tili kecil bernama asli Paiman yang tinggal di Dukuh Pondok, RT 19/RW 3, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar.

Rumah Tili yang ada di Kabupaten Sragen, masih ditinggali oleh sang Ibu, Waginem (68) dan kakak ketiganya, Tarumi (43).

Ternyata keluarga Tili di Kabupaten Sragen sudah lama tidak berkomunikasi dengannya, yang kini sudah ber-KTP Palu.

"Dulu awalnya nomornya masih aktif, tapi nggak tahu tiba-tiba dihubungi sudah tidak aktif, kurang lebih sudah 7 tahun ini nggak ada kabar," kata Waginem kepada TribunSolo.com, Jumat (11/2/2022).

Keluarga yang di Sragen baru mengetahui keadaan Tili setelah viral berkat keberaniannya itu.

"Tahu kabarnya ya setelah viral itu, terharu menangis, senang keadaannya sehat disana, sudah bertahun-tahun nggak melihat," jelas dia.

Sebagai seorang kakak, Tarumi merasa rindu dengan kehadiran sosok sang adik itu.

Perasaan rindu ternyata juga hadir diutarakan oleh sang ibu, Waginem.

Ia bingung menanyakan kabar sang anak terkecilnya itu, karena tidak memiliki nomor handphone yang bisa dihubungi.

Baca juga: Cerita Masa Kecil Tili, Pria Asal Sragen yang Bebaskan Buaya Berkalung Ban di Palu: Suka Hewan Liar

Baca juga: Sosok Tili, Wong Sragen yang Lepas Jerat Ban di Tubuh Buaya : Sejak Kecil Suka Hewan Liar 

"Selama 6 sampai 7 tahun nggak bisa menghubungi, saya kangen, tapi harus bagaimana? kakaknya di Sulawesi juga tidak ada kabarnya," ungkap Waginem.

Setelah menikah, Tili sempat tinggal di Sragen, yang kemudian pindah ke daerah asal sang istri.

Tili sempat pulang pada tahun 2009, ketika sang ayah meninggal dunia, dan setelah itu Tili tidak pernah pulang ke Sragen hingga kini.

"Awalnya merantau dulu masih mengurus orangtua di Sragen, mengirimkan uang, masih bisa dihubungi," katanya.

"Setelah itu nggak bisa lagi, saat gempa Palu kemarin pikiran saya tidak tenang, namanya orangtua," aku dia.

Suka Hewan Liar

Ternyata, Tili dulu merupakan warga Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen. 

"Iya benar, Tili anak dari Pak Foto dan Ibunya Waginem, alamatnya di Dukuh Pondok, RT 19, Desa Kandangsapi, Kecamatan Jenar," kata Ratno, Bayan Desa Kandangsapi kepada TribunSolo.com, Kamis (10/2/2022).

Lanjutnya, Tili memiliki nama asli Paiman.

Ratno sendiri mengenal sosok Tili, yang merupakan pecinta satwa liar sejak kecil.

"Nama aslinya Paiman, sejak kecil memang suka hewan liar," ujarnya.

Rumah Tili di Palu

Sosok Tili mendadak ramai jadi perbincangan.

Hal ini tak lepas dari aksinya yang berhasil melepas ban dari Buaya yang viral beberapa tahun di Bumi Tadulako.

Kini Tili jadi incaran awak media di Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Baca juga: Terungkap Trik Tili saat Bebaskan Buaya Berkalung Ban di Palu,Tangkap Anaknya Dulu Baru Pasang Umpan

Baca juga: Ampuhnya Tili, Wong Sragen yang Bebaskan Buaya Berkalung Ban di Palu, Padahal Panji Petualang Nyerah

Diketahui, penangkap Buaya Berkalung Ban itu tinggal di BTN Tinggede, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Sulteng.

Meski begitu, ternyata Tili adalah warga asal Sragen, Jawa Tengah.

Dilansir dari TribunPalu, rumah Tili berwarna paduan hijau, kream, dan putih.

kmnn822022
Rumah Tili Penyelamat Buaya Berkalung Ban di Palu.

Atap rumahnya berwarna merah maron.

Bangunan permanen itu tepat berada di pinggir jalan, atau berhadapan dengan perumahan Dream Land Tinggede.

Dari tuggu nol atau pusat Kota Palu hanya berjarak sekitar 15 menit.

Di halaman rumahnya ada kandang burung dari tripleks dengan 13 sangkar.

Terdapat satu sarang burung juga tepat di teras rumahnya, dekat pintu masuk ke dalam ruangan tamu.

Rumah berbentuk persegi empat itu juga dikelilingi pagar besi.

Baca juga: Viral Foto Penampakan Buaya 4,7 Meter di Labuan Cermin, Ditemukan di Tempat Renang Wisatawan

Dari keterangan tetangga Tili, penyelamat buaya itu sehari-hari berburu burung.

"Biasanya burungnya itu dijual," katanya dikutip dari Tribunpalu, Selasa (8/2/2022).

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved